Mohon tunggu...
Moh Tamimi
Moh Tamimi Mohon Tunggu... Jurnalis - Satu cerita untuk semua

Mencari jejak, memahami makna.

Selanjutnya

Tutup

Money

Hikayat Peternak Lalat dan Sembilan Ekor Ayam

16 Januari 2020   20:05 Diperbarui: 30 Juni 2022   21:07 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi: Jalan menuju rumah Toni

Lalat tidak makan, hanya minum, sedangkan yang masih berbentuk magot itu hanya makan saja, tidak minum. Makanannya adalah sampah organik. Sehingga, menurut Toni, selain ia menjalankan bisnis, ia juga bisa mengurangi sampah yang ada di sekitarnya. Ia cerita, ada kenalannya yang menghabiskan sampah sebanyak satu ton perhari.

"Kemaren saya ambil di Selasaan (sebutan familiar pasar Bluto, red), dapat satu karung," ucapnya di sela-sela memberi makan ayam-ayamnya, Rabu (12/12).

Pemuda yang tidak sempat menyelesaikan kuliah itu, mendapat inspirasi dari Youtube. Keinginan awalnya adalah beternak ayam, namun, menurutnya, modal terbesar beternak ayam adalah masalah pakannya yang terbilang tidak sedikit.

"Tiba-tiba saya menemukan video di Youtube berjudul, 'menjadi miliarder dari 10 ekor ayam.'"

Berawal dari video itu, ia mencari alternatif untuk mengurangi biaya pakan ayam. Awalnya ia menemukan pakan ternak organik yang terdiri dari daun-daunan dan kulit telur, namun itu hanya bisa memangkas biaya pakan sebanyak 30 persen. 

Pikirnya, hal itu masih kecil. Akhirnya, ia menemukan pakan ternak yang bisa memangkas biaya pakan ternak sebanyak 70 persen yaitu magot atau nama lain dari belatung lalat BSF. "Saya sampai dua bulan belajar itu, sambil lalu dipraktikkan," katanya.

Mengetahui hal itu, ia memesan lalat BSF yang masih berbentuk pra pupa, belatung yang sudah siap menjadi pupa/kepongpong lalat seharga 80 ribu sebanyak satu kilogram secara online di Yogyakarta. Belatung inilah yang menjadi pakan ayam-ayamnya.

Sembilan ayam yang dimaksud di atas sebenarnya adalah 10, tetapi mati satu. Sembilan ayam itu adalah ayam negeri. Ayam-ayam ini disilang dengan Ayam Bangkok. 

Ayam-ayam ini dimanfaatkan telurnya untuk kemudian ditetaskan menggunakan mesin penetas sebagai ganti induknya untuk mengeraminya.

Adapun yang menjadi omset ke Toni adalah ayam-ayam ini ketika sudah besar. Keunikan beternak ayam model seperti ini adalah ia bisa tumbuh lebih cepat daripada ayam kampung pada umumnya, dibutuhkan empat bulan untuk menjadi ayam yang siap jual untuk dimakan dagingnya.

Mengapa hanya sepuluh ayam yang notabenenya sedikit, ia berujar, "Jangan karena kamu mempunyai modal yang besar, lalu kamu langsung memulai bisnis langsung dengan besar-besaran. Mulailah dari kecil, sehingga kalau kau jatuh tidak mengalami kerugian besar dan bisa belajar dari kesalahan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun