Mohon tunggu...
Moh. Supardi
Moh. Supardi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosen sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kata Pengantar Metode Penerjemahan

21 Juni 2024   16:48 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:19 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata pengantar, seorang penerjemah dapat menjelaskan mengapa hal ini penting, apa yang diharapkan pembaca dari hasil terjemahan, mengapa buku itu yang diterjemahkan, dan seterusnya. Maka dari itu, seorang penerjemah seharusnya memberikan penjelasan terhadap buku yang sudah diterjemahkan. Hal ini dirasa penting mengingat proses penerjemahan akan sangat menentukan hasil terjemahan. seorang penerjemah mungkin sengaja menyederhanakan hasil terjemahannya menjadi lebih ringkas dengan beberapa pertimbangan, misalnya judul buku yang terlalu panjang biasanya kurang menarik bagi pembaca, judul dan sub-judul buku yang terlalu panjang seringkali membingungkan, pembaca lebih suka judul yang ringkas, dan lain-lain. 

Hal penting berikutnya yang perlu dijelaskan adalah masalah metode penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah. Mengapa sudut pandang penerjemah terkadang berbeda dengan penulis aslinya. Mengapa hasil terjemahan terkadang strukturnya lebih panjang atau lebih pendek dari pada bahasa Inggrisnya atau sebaliknya. Mengapa nama tempat, orang, dan waktu terkadang diubah. Selain itu, penerjemah terkadang harus memberikan keterangan tambahan pada kata asing yang tidak ada padananya dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk kata-kata asing yang sudah cukup akrab dengan pembaca pada umumnya tidak diterjemahkan dan hanya dicetak miring, dipinjam dan diadaptasi. Dan masih banyak lagi permasalahan yang dapat ditemukan oleh pembaca dari penerjemahan sebuah buku.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penerjemah dirasa perlu menjelaskan kepada pembaca mengenai metode penerjemahan buku meskipun hanya secara umum.  Tujuannya adalah agar pembaca, khususnya mereka yang, mungkin, ingin meneliti hasil terjemahan, tidak mudah memberikan penilaian negatif atau terburu-buru menyalahkan ketika menemukan hal-hal yang dianggap salah atau berbeda. Oleh karena itu, sebaiknya seorang penerjemah hendaknya tidak hanya melihat pada kesepadanan makna kata perkata, kalimat perkalimat, tetapi lihatlah secara menyeluruh dan utuh. Dengan demikian, pembaca akan bisa memahami alasan-alasan di balik semua perubahan yang terjadi dalam penerjemahan buku.

Seorang penerjemah buku dapat memberikan penjelasan umum tentang metode penerjemahannya menjadi tiga bagian. Pertama, pemindahan makna. Pada tahap pertama, penerjemah mengalihkan makna secara harfiah atau bisa dikatakan setia mulai dari awal sampai akhir, dengan tujuan semua informasi dari bahasa sumber bisa terakomodasi secara utuh tanpa ada makna kata yang terlewatkan. Tentunya, hasil dari penerjemahan tahap pertama ini masih sulit dipahami karena strukturnya masih mengikuti struktur/kaidah bahasa sumber.

Oleh karena itu, pada tahap kedua penerjemah perlu melakukan perbaikan struktur agar maksud yang diinginkan oleh bahasa sumber bisa lebih mudah dipahami. Pada tahap yang kedua ini penerjemah banyak melakukan pengubahan struktur di sana-sini demi menghasilkan pemahaman yang lebih baik. Untuk menjaga agar gaya dan informasi yang ada dalam bahasa sumber tidak ada yang rusak atau kurang, maka penerjemah harus melihat kembali teks bahasa sumber untuk memastikan bahwa pengubahan strukturnya sesuai dengan yang dimaksudkan bahasa sumber. Dengan demikian, hasil dari perbaikan tahap kedua bisa lebih dimengerti dibandingkan dengan hasil penerjemahan tahap pertama. Akan tetapi, hasil terjemahan pada tahap kedua ini masih terasa kaku dan janggal jika dilihat dari kaidah bahasa sasaran, karena perbaikan-perbaikan pada tahap kedua masih berorientasi pada gaya atau kaidah bahasa sumber.

Setelah menyelesaikan dua tahapan tersebut dan memastikan bahwa tidak ada informasi yang kurang atau keliru, maka pada tahap ketiga penerjemah melakukan revisi secara menyeluruh. Pada tahap ini, penerjemah mulai menempatkan dirinya sebagai pembaca tanpa harus melihat kembali bahasa sumber. Dengan kata lain, perbaikan yang dilakukan pada tahap ketiga ini lebih berorientasi pada struktur dan kaidah bahasa sasaran. Sehingga pada tahap yang ketiga ini, penerjemah terkadang harus menghilangkan atau menambahkan, misalnya kata, kalimat, dan bahkan memadatkan atau menguraikan paragraf (jika perlu). Selain itu, pada tahap ini penerjemah juga mengubah sudut pandang, analogi, metafora, budaya, dan sebagainya, dengan tujuan agar hasil terjemahan lebih komunikatif dan dimengerti oleh pembaca.

Semoga penjelasan di atas dapat memberikan gambaran umum bagi para penerjemah buku sekaligus dapat menjadi petunjuk dalam memberikan kata pengantar pada buku yang sudah diterjemahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun