Mohon tunggu...
Mohammad Sidik Nugraha
Mohammad Sidik Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Textpreneur

Penyunting dan penerjemah buku berpengalaman 15 tahun lebih. Turut mencerdaskan bangsa lewat buku-buku yang disunting dan diterjemahkannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangsa Pemanjat

14 Agustus 2024   08:25 Diperbarui: 14 Agustus 2024   09:38 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa menafikan perjuangan dan prestasi atlet lain, kita bangga Veddriq Leonardo meraih medali emas cabang olahraga panjat tebing cepat pada Olimpiade Paris 2024. Bakat dan kegemaran memanjat sejatinya mengalir dalam darah bangsa Indonesia.

Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) terasa kurang meriah tanpa panjat pinang. Meski konon merupakan warisan penjajah, lomba ini mengandung nilai-nilai luhur.

Bukan sekadar hiburan, panjat pinang merupakan metafora perjuangan para pahlawan Indonesia bahu-membahu mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu, selain ada hadiah-hadiah menarik, tertancap bendera merah putih di puncak pinang. Pelumas yang melumuri batang pinang ibarat tantangan yang dihadapi para pejuang kemerdekaan.

Para peserta lomba panjat pinang harus jatuh bangun. Kadang, mereka merosot lagi setelah memanjat cukup tinggi karena batang pinang yang licin.

Para pahlawan pun harus menghadapi dan mengatasi berbagai macam kesulitan agar Indonesia merdeka. Mulai dari sengitnya pertempuran bersenjata di medan laga sampai licinnya perundingan di meja diplomasi, semua mereka lakoni. Sebagai bangsa pemanjat, kita pantang menyerah.

Para pemuda Surabaya tahun 1945 dikenang karena keberanian mereka merobek warna biru bendera Belanda dan mengibarkan bendera merah putih di Hotel Yamato. Sebelum melakukannya, mereka terlebih dahulu memanjat dinding hotel itu.

Di sela-sela berita Olimpiade 2024, terselip kabar tentang Joni asal Nusa Tenggara Timur tidak lolos tes Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena kurang tinggi. Pada tahun 2018, dia yang saat itu masih kelas VII SMP memanjat tiang setinggi 15 meter untuk membetulkan tali bendera yang tersangkut. Pengibaran bendera merah putih pada upacara HUT RI itu berhasil dilaksanakan berkat keberanian dan kepandaian Joni memanjat.

Adu cepat memanjat pun ada dalam politik zaman kiwari negeri ini. Lebih tepatnya, panjat kekuasaan.

Sejarah mencatat para pemimpin besar seperti Bung Karno dan Nelson Mandela kenyang berjuang dalam pergerakan rakyat. Mereka pun matang berorganisasi sebelum menduduki puncak kekuasaan. Namun, jenjang dan pola ini sudah ditinggalkan.

Sekarang, penguasa tidak lagi merintis karir politik dari bawah. Dengan mengandalkan faktor keluarga, dana besar, dan ketenaran, siapa saja bisa memanjat kekuasaan dengan cepat di Indonesia.

Sebagai bangsa yang berketuhanan, kita selalu memanjatkan doa. Pada peringatan dan perayaan HUT Ke-79 RI tahun 2024 ini, marilah kita berdoa Ibu Pertiwi Indonesia melahirkan pemimpin besar lagi, bukan hanya pemanjat kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun