Pandemi covid-19 membuat banyak pihak merasakan dampaknya baik orang dewasa dan tak terkecuali anak-anak. Apalagi adanya pembelajaran secara daring membuat sebagian besar anak-anak mempunyai tingkat kesulitan masing-masing dalam pembelajaran. Hal tersebut didasari karena faktor teknologi, orang tua, dan masih banyak lagi.Â
Faktor teknologi salah satu faktor yang utama dikarenakan tidak semua anak memiliki handphone. Bagi anak-anak kota handphone sudah menjadi barang biasa yang dibawa, namun bagi anak-anak desa handphone adalah barang yang masih mewah dan tidak semua memlikinya.Â
Selanjutnya faktor orang tua yang sekaligus menjadi guru ketika belajar di rumah. Tidak semua orang tua bisa menemani anak-anak mereka. Alasan bekerja menjadi alasan yang banyak ditemui, bahkan banyak masyarakat desa yang bercocok tanam di sawah.Â
Oleh karena itu pengawasan orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran. Meskipun ada beberapa sekolah yang menerapkan sistem home visit, namun semua itu tetap mempunyai sisi positif dan negatifnya masing-masing.
Alasan tersebut membuat mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta tergerak untuk melaksanakan pengaidian. Hal itu sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yakni pengabdian masyakarat.Â
Salah satu program pengabdian tersebut adalah gerakan literasi. Kegiatan literasi tersebut dilaksanakan dengan cara mendongeng. Cara itu dipilih dikarenakan mendongeng adalah salah satu kearifan lokal yang terdapat di Indonesia.Â
Mendongeng sendiri sudah ada sejak jaman nenek moyang dan biasanya diveritakan secara turun-temurun. Mendongeng juga mempunyai manfaat dalam penyampaian informasi terutama kepada anak-anak. Sehingga anak-anak dapat mengerti pesan yang didapat dari mendongeng.Â
Agar tidak bosan ketika mendongeng akhirnya digunakan media yakni boneka tangan sederhana. Boneka tangan tersebut dibuat menggunakan kaos kaki dan pernak-pernik lainnya agar lebih ekspresif. Sehingga anak-anak dapat membuatnya di rumah dengan mudah.Â
Tema yang dipilih juga tidak memberatkan anak dan sesuai topik yang terjadi saat ini yakni mencuci tangan. Dari hal ini anak-anak dapat belajar dengan mudah pentingnya mencuci tangan.Â
Proses mendongeng pun harus interaktif dengan anak-anak agar tidak membosankan. Bahasa yang digunakan juga harus mudah dipahami. Anak-anak tersebut antusias sekali mengikuti acara hingga selesai.
Acara pengabdian tersebut berada di desa Urutsewu yang dilaksanakan pada tanggal 22-23 Agustus 2020. Acara pengabdian tersebut tetap menggunakan protokol kesehatan yakni cek suhu terlebih dahulu ketika masuk ruangan, menggunakan hnadsanitizer dan menggunakan masker.Â
Syukur alkhamdulillah acara tersebut mendapatkan respon positif dari masyarakat dan Lurah Urutsewu. Acara ini juga melibatkan pengurus TPQ Urutsewu.Â
Semoga dari pengabdian yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana yang berkolaborasi dengan Himpunan Appolosa (S1 Peternakan) Â UNS dapat terus berlangsung untuk mengabdi kepada masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H