Ketiga, keragaman demografi, terkait perbedaan jenis kelamin, perbedaan latar belakang budaya, latar belakang keluarga, ras, dan lain sebagainya. Peran manajemen dalam rangka mendukung karyawan terkait perbedaan latar belakag demografi di antaranya dengan:
- Mendukung perwujudan kesetaraan gender di tempat kerja, misalnya memenuhi hak karyawan perempuan terkait hak istirahat melahirkan, keguguran, menstruasi, melindungi perempuan dari bentuk kekerasan di tempat kerja, memaksimalkan kesetaraan laki-laki dan permpuan untuk dapat berkembang dalam jenjang karir, memberi upah yang sama antara laki-laki dan perempuan, dan lain-lain [4].
- Mendukung aktivitas keagamaan karyawan, terkait libur perayaan hari raya, tunjangan hari raya, mendukung aktivitas ibadah.
- Memperlakukan karyawan dengan latar belakang ras dan budaya yang berbeda secara setara.
Variabel Individu Lain
Selain keragaman individu, terdapat juga variabel-variabel lain dari individu yang menentukan sikap dan kinerjanya dalam bekerja sehari-hari di tempat kerja [2], yaitu:
Pertama, sikap individu. Sikap individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor manajemen seperti rancangan kerja, tipe manajer [5], kebijakan perusahaan, teknologi yang digunakan, serta gaji dan tunjangan tambahan. Manajemen dapat mengelola faktor-faktor ini untuk mendorong sikap positif dan profesionalisme karyawan, dengan cara melahirkan kebijakan yang tepat/jeli sesuai dengan sikap masing-masing individu/kelompok di tempat kerja.
Kedua, persepsi individu [2], terbentuk melalui pemahaman anggota terhadap sistem imbalan, gaya kepemimpinan, dan alur kerja yang ada dalam organisasi. Persepsi ini dapat mempengaruhi perilaku dan sikap karyawan. Manajemen perlu memperhatikan faktor-faktor ini dan menciptakan lingkungan yang mendukung persepsi positif.
Ketiga, kepribadian individu, memiliki peran penting dalam perilaku kerja, di mana kepribadian yang baik dapat terus ditingkatkan, sementara kepribadian yang kurang baik dapat diupayakan untuk semakin dikurangi, agar tercapai vibes yang positif dan saling mendukung di tempat kerja. Dengan pemahaman mengenai kepribadian anggota/karyawan, perusahaan dapat mendukung terciptanya budaya baik di tempat kerja, namun dengan cara memahami dan mengerti akan keragaman dan perbedaan kepribadian, tidak dengan cara menggeneralisir.
Selanjutnya, keempat, pembelajaran [2], merupakan aspek penting dalam perkembangan individu (terkait kofnitif, afektif, psikomotorik) [6]. Manajemen dapat merancang lingkungan yang mendukung pembelajaran karyawan melalui pengkondisian klasik, pengkondisian operant, dan pembelajaran sosial.
Terakhir, kelima, penghubungan individu, mengacu pada pemahaman anggota/karyawan dalam mengaitkan perilaku dan hasil dari perilaku tersebut [2]. Manajemen dapat melakukan studi terhadap karyawan untuk memahami keragaman kemampuan, keahlian, dan pola perilaku mereka. Informasi ini dapat digunakan untuk menyusun kebijakan manajemen sumber daya manusia yang semakin humanis, menyesuaikan dengan kondisi yang ada tersebut.
Kesimpulan