Mohon tunggu...
Mohsa El Ramadan
Mohsa El Ramadan Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang jurnalis, tinggal di Banda Aceh.

Menulis adalah spirit, maka perlu sebuah "rumah" untuk menampungnya | E-mail: mohsaelramadan@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Essex Menyapa Dunia Rupa

28 Desember 2015   08:05 Diperbarui: 28 Desember 2015   09:45 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah keringnya “keringat” dunia melukis, Razuardi Ibrahim alias Essex, mencoba menuntaskan karya lewat cairan cat aneka warna ke kanvas seni rupa. Hentakan spiritnya seperti suara gendang bertalu-talu.

----------------------------------------------------------------

Sulit menafikan kehebatan multitalenta Razuardi Ibrahim alias Essex dalam karya seni rupa. Pameran Tunggal dan Kritik Karya Rupa di Rumah Budaya Banda Aceh, Minggu (27/12), adalah bukti bagaimana seorang Essex begitu piawai mengubah kanvas putih menjadi ragam rupa tokoh-tokoh nasional dan dunia.

[caption caption="Senyum Essex di tengah Karya Rupa Aceh yang kian sunyi senyap."][/caption]Tokoh-tokoh nasional yang singgah di kanvas lukisan Essex di antaranya Jenderal Besar Sudirman, Bung Karno, Pak Harto, musisi Ahmad Dani, dan terselip Menteri Susi Pudjiastuti. Sosok Pak Dirman, misalnya,  Essex merekam  sebagai tokoh yang tiada pernah lelah mengabdikan diri  kepada negeri ini. “Tiada gantimu, Pak Dirman,” tulis Essex di katalog lukisannya. Sedangkan Susi, tokoh perempuan kekinian, Essex menggambarkan sebagai simbol mandiri, cerdas, tegas dan tangguh.

 Beda cerita Bung Karno dan Pak Harto. Dua Bapak Bangsa ini disejajarkan lukisannya dengan Mahatma Gandhi; Pak Harto di tengah, Bung Karno di sisi kiri, dan Gandhi di sisi kanan. “Mereka untuk bangsanya, ada yang melawan dengan kelembutan, ada yang persatukan Nusantara untuk berdaulat, ada yang berupaya ciptakan manusia seutuhnya. Karno, Harto, dan Gandhi, begitu kisah para bapak bangsa itu,” tulis Essex.

Dia juga melukis wajah Hitler, Mussolini, Lenin, Gorbachev, Khomeini, Arafat, Gamal Abdel Naser, Nelson Mandela, Abraham Lincoln sang penebus budak, hingga tokoh penghambat fasisme  yaitu Stalin, Churchil, dan Rosevelt. “Membendung fasis yang kian mengukir sejarah, mereka sekongkol luluhlantakkan Herosima, kisahpun berganti di pertengahan abad 20 itu,” tulis Essex lagi. 

Tak lupa, dari 25 lukisan yang dipamer, Essex menulari semangat kemanusian Lady Diana dalam rentak kuas aneka warna cat, penuh padu dengan beragam stigma yang dimunculkan. Dia menulis Diana pada potongan kata: penyaji kemanusiaan pemikat dunia; gapai hak menyinta dan dicintai; namun berakhir dengan misteri tragedi; ajal menanti di suatu hari; senyum dunia terusik hari itu. Sementara Marilyn Monroe dia inskripsikan sebagai: pesona zaman, enggan pupus dalam ingatan, terakui belum berbanding, manusia di dua abad.

Essex juga “menganvaskan” tiga tokoh solidaritas dunia dalam misi kemanusian di Aceh pascagempa-tsunami 26 Desember 2004. Mereka adalah Jacky Chan, Bill Clinton, dan Kofi Annan. “Ada gaung solidaritas di dua ribu lima ketika tsunami usai menghujam Aceh. Aneka warna kulit bukan aral samakan negroid, mongolid, dan kaukasoid. Hasrat sosial memupus makna ras yang kerap diusung pikiran politis. Ada bang Annan, warna kelam dari Ghana, juga Bung Billi, bule Amerika, tak ketinggalan Bung Jeki, kulit kuning mereka mendekap,” tulis Essex.

“Mengapa ada wajah saya di antara tokoh-tokoh ini? Ya, boleh dong, itung-itung sebagai jerih payah keringat saya melukis,” kata Essex sambil tertawa lepas ketika menjelaskan makna lukisan dirinya di antara tokoh dunia kepada Mayjen TNI Agus Kriswanto.

Agus Kriswanto adalah Panglima Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Pangdam IM). Dia merupakan tokoh yang didapuk membuka Pameran dan Kritik Karya Rupa Razuardi Ibrahim. Sebagai simbol pembuka pameran tunggal itu, Pangdam IM menabuh rapai dan menggunting pita menuju ruang pameran seluas hampir 200 meter persegi itu.

Agus ikut menorehkan  goresan warna pada kanvas lukis untuk menjadi bahan demonstrasi melukis para seniman rupa di Aceh. “Saya beli lukisan ini Rp 20 juta,” kata Pangdam menunjuk goresan dasar tangannya untuk dituntaskan para pelukis kenamaan seperti Eko prasetyo, Rahmatsyah, dan pelukis Aceh lainnya. Aplaus pun datang dari pengunjung di arena pameran yang berlangsung dari 27 – 29 desember 2015. 

[caption caption="Lenin and Gorbachev di atas kanvas Essex."]

[/caption]Acara ini disponsori Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI) Aceh. Ketua IMBI Aceh Nando Iskandar mengapresiasi karya seni rupa Razuardi Ibrahim untuk dipamerkan agar bisa menjadi inspirasi bagi pelukis-pelukis rupa muda di Aceh.

Pameran tunggal seni rupa Razuardi Ibrahim Essex ini seakan memberi energi baru bagi kelangsungan seni rupa di Aceh. Dengan gaya unik melukisnya, Essex mencoba mencairkan kebekuan ide dan kreativitas pelukis-pelukis muda dan berbakat di Aceh dan Nusantara.

“Karya seni ini sebagai dedikasi bagi pelaku sejarah yang sangat menjaga martabat kemanusiaan,” kata Essex. Dia butuh waktu dua tahun menyelesaikan seluruh lukisan untuk dipamerkan. Lukisan-lukisan Essex bergaya kontemporer dengan wajah para pelaku sejarah seolah – olah berbicara tentang perlunya kebersamaan membangun sebuah peradaban.

Pangdam Agus Kriswanto memberi nilai positif terhadap karya-karya rupa Essex. Katanya, seni dapat membuat suasana hati menjadi damai dan menghasilkan energi positif. Bahkan,  pejabat yang tidak paham seni sering salah dalam mengambil keputusan.  “Saya bangga bisa hadir di antara komunitas seni ini,” katanya.

Razuardi Essex, selain dikenal sebagai perupa, musikus, penulis buku, puisi, dan penyanyi, kesehariannya adalah seorang birokrat. Lama melanglang buana di dunia amtenar, puncak kariernya saat ini adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Aceh Tamiang.  Pria 54 tahun ini selalu tampil eksentrik, seperti gaya berpikir dan karya-karyanya yang terus hidup, meletup-letup, meski dia tak muda lagi. Dan, dengan melukis rupa, Essex pun mencoba menyapa dunia rupa Aceh yang kian sunyi senyap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun