Mohon tunggu...
mohrizalky
mohrizalky Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Tadris Matematika UIN MALIKI Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apatisnya Anak Muda dalam Pemilu Tahun Ini

15 April 2019   06:25 Diperbarui: 15 April 2019   06:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Ceritakansaja.com

Kontestasi politik tahun ini memang sangat terasa panas. Dari pada tahun-tahun sebelumnya, pemilu kali ini bukan seperti selayaknya pesta demokrasi biasa, melainkan sangat luar biasa karena sangat jelas menunjukan bahwa persaingan perbutan kursi presiden terasa seakan-akan merebutkan kekuasaan dengan segala macam kepentingan yang diusung. 

Entah itu yang diutarakan memang untuk kepentingan rakyat, atau kepentingan beberapa rakyat yang bahu-membahu menyokongnya.

Sangat banyak isu-isu yang dihembuskan terhadap dua kubu, entah isu yang diungkit-ungkit kembali setelah lama terpendam dan terlupakan, isu yang dilancarkan selama kepemimpinan, atau isu yang diangkat menjelang pertarungan dimulai, contoh nyatanya adalah isu mengenai agama. 

Permasalahan agama di negara kita memang sangatlah sensitif, karena dalam sejarah babgsa kita sanagat bangak konflik yang mengatas namakan agama, walaupun itu hanya dipicu dengan masalah sepele, isu tentang PKI, paham Khilafah dan sebagainnya.

Agama islam sebagai agama mayoritas. Menurut data sensus penduduk tahu 2010 lalu penganut agama Islam mencapai 87,18%, memang sungguh angka yang sangat fantastis memang jika masing masing kubu dapat meraup minimal setengah dari angka tersebut. 

Jika ada yang berpandangan saat ini bahwa agama sebagai senjata politik tidak salah juga, karena sejatinya agama memang tidak terlepas dari segala permasalahan dunia termasuk politik, tetapi memanfaatkan agama sebagai senjata politik agak terasa miris sepertinya.

Kartuners.com
Kartuners.com

Bagaimanakah para pemuda memandang Pilpres tahun ini

Berbicara mengenai pemilih muda ditahun ini,Berdasarkan riset KedaiKOPI yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pemilih muda mencapai 37,7 % dari total semua jumlah suara. Suara ini juga menjadi perhatian khusus oleh kedua Timses calon. 

Generasi pemuda sekarang khususnya para pemilih pemula/pelajar terkadang dibingungkan mengenai pemilihan mereka nanti, mereka generasi yang menguasai teknologi kususnya media sosial disajikan bukan hanya kampanye secara nyata melainkan juga melaui media sosial yang terkadang lebih vulgar.

Lebih vulgar?, iya benar!. Memang sih benar kalau informasi tidak semuanya dari para juru pemenangan, tetapi ada yang memalui para pendukung fanatik, mereka biasa menyajikan informasi yang terkadang lebih berpengaruh dan terkesan berbau profokasi.  

Mengapa?, banyak informasi yang disajikan (misalnya saja video) di youtube maupun instagram menunjukan fakta-fakta miring yang menyerang salah satu kubu dan di sisi lain malah mendukung kubu lain, sehingga banyak para memilih pemula/pelajar terpengaruh dengan informasi yang disajikan. 

Ada memang dari mereka yang sudah memantapkan pilihannya dengan alasan yang jelas dan tidak terprofokasi dengan apa yang terjadi, dan yang lain malah terkesan acuh dan memilih menjadi golput. Bukan tanpa bukti, penulis seringkali menyakan perihal pilpres tahun ini kepada beberapa mahasiswa.

"Hallah ngapain mikirin pemilihan presiden, siapapun yang terpilih nanti untuk kita kuliah ya masih jalan kaki, masih makan sama nasi," ujar masiswa semester dua  asal Cilacap, kebanyakan dari mahasiswa lain juga beragggapan sama.

Apatis?, benar!, adalah penyakit mental yang sekarang ini sering diidap oleh sebagain besar orang. "Apatis adalah ketidakpedulian suatu individu dimana mereka tidak mempunyai perhatian khusus terhadap aspek-aspek tertentu seperti aspek fisik, emosional dan kehidupan sosial."(Solmitz:2000)

Jelas dari sini terlihat bahwa sikap dari kebanyakan pemuda/pelajar bersikap apatis terhadap pemilu kali ini. Sebenarnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi sikap ini, salah satunya dengan komunikasi terapeutik. 

"Adalah suatu bentuk komunikasi yang direncanakan dan bertujuan dan berpusat untuk kesembuhan pasien". Komunikasi ini biasanya dilakukan kepada pasien oleh bidan atau pegiat kesehatan lain baik secara mental maupun fisik.

Memang sedikit berbeda jika kita perhatikan dalam hal maksud awal komunikasi ini, tetapi dalam hal penanganan dan tujuan bisalah kita terapkan. 

Misalnya saja memberikan penerangan atas sikapnya yang apatis terhadap pemilu kali ini. Tapi, bisa saja sikap apatisnya tidak hanya pada pemilu ini saja, dalam hal lainpun tidak menutup kemungkinan juga kan?.

Ya, sudah selayaknya kita sebagai pemuda/pelajar untuk tidak mensifati sikap apatis ini, karena dalam kenyataannya banyak sekali kerugian yang akan di dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun