Terkadang menjadi seorang siswa juga harus mempunyai ketahanan pendengaran dan mental yang lebih.
"Taree Zameen Par", mendengar kata ini pastinya tidak asing lagi ditelinga kita!, benar kan?. Adalah salah satu  judul film buatan Bollywood yang sangat menginspirasi, terutama didunia pendidikan, tentunya kita semua setuju lah. Bukan hanya menginspirasi,  tetapi sampai sekarang film ini juga masih diminati dan ditonton oleh sebagian besesar orang. Mengapa demikian?.
Ishaan adalah tokoh utama film ini, dia digambarkan sebagai anak yang payah dalam segala urusan, sehingga sering kali mendapatkan nilai jelek  yang membuat gurunya geram, dan tak jarang perkataan negatifpun terlontar dari mulut sang guru.
Depresi adalah salah satu dampak negatif yang bisa terjadi. Diceritakan dalam film tersebut, Ishaan dianggap sebagai pribadi yang nakal karena sering membolos sekolah, serta dicap sebagai anak pemalas dan idiot. Puncaknya, Ishaan benar-benar merasa sedih karena harus pindah sekolah ke sekolah berasrama, dan membuat dia harus berpisah dengan keluarganya ditambah lagi nilai yang buruk di segala mata pelajarannya sehingga membuatnya hampir depresi.
Gawat banget kan?, masalah sepeperti ini memang harus disadari dan mendapatkan perhatian oleh semua pihak terutama lingkungan terdekat.Â
Untuk memulihkan kondisi dari siswa, diperlukan peranan bimbingan dan konseling, dimana peran ini memang sangat dibutuhkan dalam memahami dan menjawab apa yang di keluhkan  serta apa yang di butuhkan siswa. Kembali kepada kisah Ishaan, yang pada akhirnya bertemu sorang guru  baru bernama Ram Shankar Nikumbh, yang bisa membimbing, mengerti keadaan dan kebutuhannya, sehingga dengan bantuan si pak guru, Ishaan dapat menemukan bakat dan potensi terpendam pada dirinya.
Dapat menjadi cerminan bagaimana proses bimbingan dan konseling terjadi, dimana sang guru benar-benar menerapkan kode etik bimbingan dan konseling salah satunya adalah tidak membeda-bedakan siswanya, serta berhasilnya proses bimbingan dan konseling sendiri karena sang guru memang menguasai kompetensinya. Kompetensi sosial dalam kasus ini memang paling terlihat, karena kemampuan berkomunikasi dan bergaul dengan murinya sehingga keakraban mudah terjalin.
Terakhir, setelah keakraban terjalin, tugas selanjutnya adalah bagaimana mengembangkan dan memaksimalkan segala potensi yang ada dengan berkaca dari informasi yang didapatkan.Â
Prilaku Student shaming seperti ini memang seharusnya disadari dan nantinya tidak lagi terjadi kasus seperti ini, sehingga para generasi penerus bangsa kita dapat mengembangkan dan memaksimalkan potensinya tanpa harus mengalami kasus seperti Ishaan.
Semoga bermanfaat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H