"Orang tua dan saudara-saudara sudah menunggu di kampung, tapi saya tidak punya cukup uang untuk ongkos pulang pergi."Â
Jakfar bekerja di toko kelontong selama 6 hari dalam seminggu, dari jam 7 pagi hingga 10 malam. Di hari Lebaran, toko buka lebih lama, dari jam 8 pagi hingga 11 malam. "Lebaran biasanya banyak yang belanja, jadi kami harus tetap buka," jelas Jakfar.
Meski harus merindukan keluarga di kampung halaman, Jakfar tetap tegar menjalani pekerjaannya. Ia sadar bahwa pekerjaannya ini penting untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. "Walaupun tidak bisa pulang kampung, saya tetap bisa bersilaturahmi dengan pelanggan dan tetangga di sini," kata Jakfar.
Cerita Para Penjaga Toko Kelontong Lainnya
Kisah Jakfar bukan satu-satunya. Banyak penjaga toko kelontong lain yang juga harus tetap bekerja di hari Lebaran. Mereka berasal dari berbagai daerah dan memiliki cerita yang berbeda-beda.
Ada yang merantau karena ingin membantu ekonomi keluarga, ada yang ingin menabung untuk membeli rumah atau kendaraan, dan ada juga yang ingin melanjutkan pendidikan.Â
Meski harus mengorbankan momen Lebaran bersama keluarga, mereka tetap semangat bekerja. Mereka sadar bahwa pekerjaan mereka ini penting untuk melayani masyarakat dan membantu mereka mendapatkan kebutuhan sehari-hari.
Pesan Moral dari Kisah Para Penjaga Toko Kelontong
Kisah para penjaga toko kelontong yang tetap merantau di hari Lebaran memberikan banyak pesan moral bagi kita. Pertama, mereka mengajarkan kita tentang pentingnya kerja keras dan pengorbanan. Demi memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai cita-cita, mereka rela mengorbankan waktu bersama keluarga di momen istimewa seperti Lebaran.
Kedua, mereka mengajarkan kita tentang arti pentingnya rasa syukur. Meskipun tidak bisa pulang kampung dan merayakan Lebaran bersama keluarga, mereka tetap bersyukur atas pekerjaan dan rezeki yang mereka dapatkan.