Mohon tunggu...
Moh Fadli Alfikri
Moh Fadli Alfikri Mohon Tunggu... Editor - Relawan Edukasi

Guru SMP Negeri 4 Cimahi | Isi Kepala sebagian Kutulis Disini

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jurnal di Penghujung Malam

28 Juli 2024   20:52 Diperbarui: 28 Juli 2024   21:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kala sore hari mulai tergantikan malam dan semuanya terasa cepat berlalu. melalui berbagai terpaan kehidupan

beranjak dari mimpi sebentar, mulai merenungi sebetulnya mau kemana ?

benak terasa penat penuh sesak sebab pertanyaan yang terulang dan terduplikasi berjuta-juta kali. 

Lupakan!!!

mari bacalah kata yang sederhana ini, sebetulnya mencoba mengungkap sesuatu yang terkristalisasi dalam batin dan pikiran. tak tertumpahkan meski mencoba di lubangi. 

pernah mendengar pepatah mengatakan kalaulah bukan karena perjuangan kecil yang konsisten diwaktu dini tak akan pernah laksana mimpi besar dimasa senja. pernah juga mendengar kalau tindakan hari ini berbuah untuk masa depan. 

sederhana bukan?, semuanya akan sederhana dikala kata bual membujuk jiwa. dari manakah mencari jalannya jikalau bukan diri sendiri? 

Aku ingat dengan sesuatu!!

Setiap orang memiliki jalan kesuksesan tersendiri, begitulah yang aku ingat. entah dari telinga mana aku tidak tau yang ku pedulikan hanya ketika kata itu membujuku untuk tetap tenang dalam zona nyaman.

tapi aku juga mendengar kalau zona nyaman itu maut perlahan!!!

aku tidak tau zona nyaman apa yang dimaksud, namun setiap kali aku berpikir nyaman disituasi saat ini tapi aku serba kekurangan dan tidak banyak pilihan berarti aku di zona nyaman yang salah!

tapi aku rasa zona nyaman akan tetap nyaman ketika  memang itu pilihan bukan karena pasrah!

cita citaku sederhana hanya ingin banyak pilihan dan aku mampu mewujudkannya kapanpun dan diimanapun aku berpijak. egois bukan? begitulah dunia ini menataku dalam memandangnya. 

namun dibalik semua itu ada banyak harapan yang tidak aku ungkapkan, karena semua itu merupakan wishlist yang sangat rapuh dan bisa berubah kapanpun karena faktor dorongan yang tidak terlalu berarti.

tidak mudah mengejar semua itu apalagi kalau teredistrak soal cinta. 

bedebah! enyalah segera aku muak dengan cinta. kenapa? karena aku gagal, dan gagal, tak pernah berhasil.

diakhir perjuanganku mempertahankan perasaan dan sisa cinta aku lebur dalam doaku. agar tuhan menghapuskannya.

apa yang terjadi? hal besarpun penimpa ku, nyaris aku tidak punya hasrat terhadap wanita. tapi bukan berarti aku menyimpang. jangan bersangka aneh aku bukan sedang membicarakan soal ketertarikan. 

tapi aku sadar dengan begitu tuhan memberikan aku ruang untuk memaksimalkan potensi hati dan pikiran.

itu dulu yang aku tulis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun