Mohon tunggu...
Mohd. Yunus
Mohd. Yunus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peminat kajian ekologi, politik, dan sejarah

Silahkan kunjungi https://mohdyunus.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden Jokowi dan Kompleks Perumahan

7 Oktober 2017   11:07 Diperbarui: 7 Oktober 2017   11:33 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi  sayang, sepertinya aku akan melewatkan kedatangan presiden ini. Aku  baru saja mendapat surat tugas ke luar kota selama seminggu. Sebetulnya  tidak masalah juga, toh aku masih bisa melihat sang presiden di layar  TV. Kalau pun aku ada di acara kedatangan ini, pasti akan kalah juga rebutan foto sama ibu-ibu, aku bisa melihat di berbagai pemberitaan,  dimana presiden ini cukup diminati oleh ibu-ibu. Bahkan sampai ada yang  rela berjalan kaki dari tempat yang jauh, demi untuk menemui sang  presiden.

Benar saja, acara itu tetap berlangsung tanpa aku berada  disitu. Seminggu kemudian aku menyaksikan status-status media sosial  beberapa tetanggaku, ada yang memang berfoto dengan presiden, ada yang  berfoto beramai-ramai, bahkan ada yang sekedar menginformasikan  keberadaan presiden di perumahan itu. Niat yang mulia dari mereka, patut  mendapat apresiasi.

Sejujurnya aku berharap presiden menyaksikan  langsung kondisi perumahan dan proses administrasi yang ada dibaliknya,  tetapi tentunya harapan ini terlalu naif dan tak sadar diri, mana pula  presiden sampai mau mengurus hal-hal seperti itu. Jalan utama yang  di-paving block itu disiapkan seminggu sebelum presiden datang, mesjid  diselesaikan, lokasi rencana taman bermain dibersihkan, lampu jalan  diperbaiki. 

Sebenarnya hal-hal tersebut sudah pernah warga minta jauh  sebelum rencana kedatangan presiden, bahkan sampai bersitegang urat  leher dan adu fisik. Sah-sah saja kalau pengembang mau membuat  pencitraan di depan presiden dan pejabat daerah, karena pencitraan  adalah hal yang lumrah di negara ini, kita pun terkadang suka atau  bahkan minta untuk ditipu oleh berbagai pencitraan. Miris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun