Mohon tunggu...
Mohd. Yunus
Mohd. Yunus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peminat kajian ekologi, politik, dan sejarah

Silahkan kunjungi https://mohdyunus.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden Jokowi dan Kompleks Perumahan

7 Oktober 2017   11:07 Diperbarui: 7 Oktober 2017   11:33 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: riauonline.co.id

Sore itu, sepulang dari tempat kerja, aku langsung memarkir motor di  samping rumah. Aku memang lebih suka menggunakan pintu samping dibandingkan pintu depan. Karena ukuran motorku yang cukup besar,  sehingga sangat sulit jika harus melalui pintu depan yang hanya seukuran  80 x 200 cm, sementara pintu samping itu memiliki ukuran 100 x 200 m,  cukup leluasa melewatinya. 

Setelah melepas jaket dan helm serta  meletakkan tas di meja. Tiba-tiba mataku tertuju pada selembar kertas  yang terselip di bawah pintu depan, melintang dengan posisi separuh di  dalam dan separuh di luar. Ternyata kertas itu adalah surat undangan  dari Pak RT, untuk menghadiri rapat warga yang akan dilangsungkan  sehabis isya. 

"Rapat yang mana lagi ya?" aku membatin, karena seingatku  hampir setiap minggu selalu diadakan rapat. Aku cukup memaklumi, sebagai  perumahan baru tentu harus dibangun silaturahmi antara sesama warga,  dan supaya lebih mengenal. Aku segera bergegas mandi dan siap-siap ke  masjid, karena suara orang mengaji sudah saut menyaut, sebagai tanda  azan magrib akan segera dikumandangkan.

Rapat malam itu diadakan  di halaman Kantor pemasaran perumahan yang kebetulan cukup luas,  dilengkapi dengan atap dan penerangan dengan sinar seadanya, cukuplah  untuk membedakan antara jerawat dan tahi lalat. Sejujurnya aku tidaklah  terlalu ingin mengikuti rapat ini, karena dari pengalaman terdahulu,  rapat-rapat seperti ini paling cepat selesai pukul 00.00 WIB. Tetapi ada  satu hal yang membuatku bertahan untuk rapat malam ini, ada wacana  mengenai kedatangan Presiden Jokowi ke perumahan kami. 

Hal ini tentu  sesuatu yang spesial, mengingat kepala desa saja belum pernah sampai ke  perumahan ini. Hanya perwakilan pemuda yang setiap bulan rajin  berkunjung, memungut iuran sampah. Pak RT terlihat semangat sekali malam  itu, dengan pesona batu cincin pancawarna-nya, ditambah gaya rambut  yang agak mengilat, seperti habis dijilat kucing. Seperti biasa, beliau  membuka rapat dengan mukadimah yang itu-itu saja, panjang dan berulang,  setidaknya aku sampai menghabiskan 5 batang rokok, ditambah 2 gelas air  mineral yang aku pun tidak mau dari mana datangnya, tiba-tiba bapak di  sebelah sudah menyodorkan saja air itu.

Betul dugaanku, waktu  sudah menunjukkan 23.00 WIB, tetapi belum ada gelagat Pak RT untuk  mengakhiri rapat ini, rapat yang lebih mirip kuliah umum bagi mahasiswa  baru, selentingan yang aku dengar, Pak RT kami ini memang seorang dosen  di salah satu PTS. Kebiasaannya menceramahi mahasiswa pun terbawa sampai  ke perumahan ini. Sebenarnya aku sudah bisa menangkap inti dari rapat  malam itu, Presiden Jokowi akan datang ke perumahan ini bulan depan.  

Akhirnya aku mengumpulkan tekad untuk mengangkat pantat, dan berangsur  keluar dari kumpulan rapat ini. Setelah mendapat momentum yang baik, aku  pun pergi sambil melihat handphone, berlagak seperti ada yang menelepon. Cara ini cukup sukses, sampai akhirnya aku sudah berada di depan rumah.

Perumahan  ini, dan perumahan-perumahan lain yang sama, memang merupakan bagian  dari program rumah murah yang digalakkan oleh Presiden Jokowi. Rumah  subsidi dengan bunga yang ringan, diperuntukkan bagi masyarakat  berpenghasilan rendah. Faktanya, banyak tetangga-ku yang lebih dari  sejahtera, punya mobil lebih dari satu, bahkan punya rumah lebih dari  satu, tetap mendapat skema kredit yang sama dengan mereka yang berpenghasilan rendah.

Perbedaan antara rencana dan implementasi memang  sesuatu yang wajar di negara ini, bahkan terkesan aneh kalau rencana yang disusun bisa terlaksana dengan baik. Ironis. Ingin rasanya aku  adukan hal ini ke Presiden Jokowi. Tetapi aku urungkan. Aku takut gugup  dan gagap jika berhadapan dengan beliau, seperti si anak SD penghafal  nama ikan kemarin.

Tiga minggu kemudian, umbul-umbul sudah  dipasang berjejer dengan rapinya, baliho selamat datang membentang  dengan tegapnya di pintu gerbang perumahan. Terlihat foto Presiden  Jokowi, cukup manis dengan senyum khasnya, di sampingnya ada foto bupati  daerah ini, baru dilantik dua bulan yang lalu. Tentu kedatangan  presiden ini merupakan sesuatu yang spesial juga bagi sang bupati, baru  dilantik sudah didatangi sama presiden, momen langka yang indah.

Seminggu lagi presiden akan datang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun