Mohon tunggu...
Muhammad Sahron
Muhammad Sahron Mohon Tunggu... Freelancer - Manjadda wajada

Alam Takambang Jadi Guru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seburuk Itukah Mahasiswa Kupu-kupu?

20 Oktober 2019   07:00 Diperbarui: 22 Oktober 2019   13:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagai agent of Change, tentunya banyak tuntutan yang harus dijalankan. Mulai dari tugas-tugas kuliah, mengikuti seminar, ikut organisasi baik internal maupun eksternal, menghadiri rapat sana-sini, presentase diruang kelas membantu orangtua bahkan turun kejalan mengaspirasikan suara rakyat.

Akan tetapi, semua jenis diatas yang baru disebutkan merupakan jenis mahasiswa yang diimpikan semua orang kebanyakan. 

Karena sebelum masuk ke Perguruan Tinggi, kita sudah mendapat gambaran baik dari kakak sendiri, teman-teman yang lebih dulu masuk ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan dari senior kita waktu di Sekolah Menengah Atas. Baik itu Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan ataupun Pesantren.

Namun, pernahkah kita mendengar istilah Mahasiswa Kupu-Kupu. Dengan mendengar istilah Kupu-Kupu, pasti kita sudah membayangkan jenis Kupu-Kupu yang berada di taman bunga, indah dipandang, cantik melihat berbagai macam jenis Kupu-kupu menari-nari diatas pucuk bunga dan terbang kesana kemari dengan pasangannya.

Setelah kata Kupu-kupu kalimatnya ditambah dengan Mahasiswa. Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu, hal ini memiliki pengertian lain. Istilah Mahasiswa Kupu-Kupu sering dipakai oleh Mahasiwa yang aktif berorganisasi, untuk menyebutkan Mahasiswa yang setelah proses perkuliahan selesai, langsung pulang kerumah atau kos maupun kontarakan. Yaitu Kupu-Kupu, Kuliah Pulang-Kuliah Pulang.

Banyak yang beranggapan bahwa, Mahasiswa Kupu-Kupu adalah Mahasiswa yang buruk. Tidak mau ikut organisasi, sedikit relasi, belum sadar manfaat berorganisasi, tidak tahu bagaimana promblem solving dan bersikap bodoh amat dengan lingkungan kampus.

Seburuk itukah?

Tentu beginilah kira-kira kita menilai Mahasiswa Kupu-Kupu. Akan tetapi jangan salah, banyak Mahasiswa yang Kuliah Pulang - Kuliah Pulang memiliki banyak prestasi di luar kampus. Tentunya kita heran bukan... ? bagaimana bisa ? kerjanya hanya masuk kelas, datang, duduk, diam dan  Pulang. malah memiliki prestasi yang membanggakan. 

Yah..., para Mahasiswa Kupu-kupu ini sebenarnya bukan Pulang untuk tidur, main game online ataupun semacamnya. akan tetapi mereka Para Kupu-kupu ini belajar dirumah, ataupun di kos mereka. 

Mempersiapkan diri, mengasah soft skill mereka. Ada yang mengikuti Volunter kepenjuru negeri, menjadi sosok pengabdi kepelosok-pelosok desa sebagai tenaga pengajar, maupun penyuluhan tentang kesehatan. 

Hal ini tentunya sangat membanggakan. Mereka tidak aktif di Kampus, bahkan tidak diperhitungkan sedikitpun dikampus, menjadi sangat diperhitungkan di luar kampus. 

Ada juga Mahasiswa Kupu-Kupu memiliki banyak uang jajan. Bukan berarti kiriman orangtuanya banyak, namun mereka memiliki penghasilannya masing-masing dari jeri payah mereka sendiri. 

Bisa jadi para Kupu-Kupu ini bukannya tidak mau mengikuti kegiatan dikampus, berorganisasi, ikut rapat sana-sini, ataupun sekedar diskusi dengan para petinggi. 

Namun basic  mereka berbisnis, dengan berbisnis mereka memiliki penghasilan yang lumayan untuk kehidupan sehari-hari. Atau bisa jadi orang-orang yang menggeluti dunia bisnis ini belum mampu dalam hal ekonomi. Ada juga yang membantu orangtua demi menghidupi keluarga. jadi jika ingin kuliah ya harus kerja.

Dengan gambaran demikian, kita tidak boleh asal judgment seseorang, mengapa mereka tidak mengikuti kegiatan Internal kampus, tidak berorganisasi, tidak mengikuti rapat, ataupun sekedar nongki-nongki di pelataran kampus. 

Untuk itu jangan menilai seseorang dari luarnya saja. Mahasiswa Kupu-Kupu tidak seburuk yang kita bayangkan bukan, menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu boleh-boleh saja, dengan maksud menebar banyak manfaat diluar kampus.

Satu pesan untuk kita bersama:

"Apa yang dapat dihitung belum tentu dapat diperhitungkan dan apa yang dapat diperhitungkan belum tentu dapat dihitung."-Albert Einsten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun