Pak Jokowi boleh boleh saja memenangi pilpres beberapa bulan yang lalu. Namun demikian di era pemerintahannya setelah 20 Oktober pekan depan bangsa Indonesia akan banyak menemui persoalan-persoalan ketatanegaraan dan perpolitikan baru yang mana sebelumnya tidak pernah dialami. Sebagai contoh seorang presiden dan partai-partai pendukungnyakhususnya PDIP sebagai pemenang pemilubisa menguasai istana dan semua posisi eksekutive tapi tidak punya peluang sedikitpun di pimpinan DPR/MPR. Tapi kenyataan seperti itu adalah kenyataan yang mau tidak mau harus diterima karena sifatnya konstitusional.
Pak Jokowi dan partai-partai pendukungnya dianggap menang perang tapi kalah dalam pertempuran.Coba saja lihat kekalahan bertubi-tubi di DPR dan MPR dengan pemain-pemain yang berbeda, aturan yang tidak sama dan waktu yang beda. Tetap saja PDIP dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan lawan.
Ketika terjadi pengesahan RUU MD3 dan RUU Pilkada koalisi merah bisa memainkan semuanya dengan pemain-pemain lama dan sukses. Pada saat pemilihan ketua DPR koalisi merah putih memainkannya dengan sangat bagus dengan memanfaatkan waktu yang sempit sehingga koalisi Indonesia hebat tidak bisa berkutik sedikitpun padahal pemainnya adalah orang-orang baru. Terakhir Koalisi Merah Putih mencoba memainkan peran pemilihan ketua MPR dengan cara yang sedikit smooth yaitu sedikit memberikan keleluasaan kepada lawannya untuk bergerak sehingga sebelum diumumkan hasilnya secara kasat mata Koalisi Indonesia Hebat terlihat optimis bisa memenangkan paket yang diusulkannya dengan dukungan DPD yang keukeuh mencalonkan satu orang saja dan masuknya PPP.Namun ternyata kenyataan berbicara lain. Permainan KIH bisa dengan jelas dibaca KMP.
Apalah artinya bisa mendapatkan posisi presiden tapi kenyataannya lumpuh tidak bisa berbuat apa-apa ?Akan dikemanakan janji-janji saat kampanye ? Bagaimana bisa melindungi kepentingan rakyat ? Apakah nanti seperti biasa pak presiden akan menjawab “ Semua ini karena pemerintahan diganggu DPR sehingga pemerintah tidak bisa konsentrasi bekerja”.
Oleh karena itu maka di dalam ajaran-ajaran kuno seorang pemimpin,seorang raja,seorang presiden, atau apapun namanya harus mengerti strategi dan keahlian untuk menaklukan peperangan. Boleh saja seorang raja itu sakit-sakitan atau presiden itu kerempeng dan tidak begitu ahli dalam memahami sesuatu peperangan tapi ia bisa dengan sepenuhnya mendelegasikan wewenang tersebut kepada seorang arif bijaksana atau para penasehatnya yang sudah teruji.
Begitulah ternyata memenangkan perang akan sangat berarti bagi kesejahteraan dan kenyamanan ratusan juta penduduk Indonesia. Tahukah anda bahwa puncak dari kemenangan peperangan adalah apabila kita bisa memenangkannya tanpa senjata dan musuh kitapun merasa tidak dikalahkan. Itulah esensi dari kemenangan. Koalisi Indonesia hebat menang dan Koalisi Merah putihpun menang.
Kalau saja saat itu di parlemen kubu pro Jokowi bisa berdiplomasi dan cukup pintar melakukan negosiasi maka akan ada kehormatan terhadap PDIP dan kawan-kawan dan hasilnya akan terlihat lain. Bukan malah mereka sudah cukup senang menyaksikan cemoohan terhadap SBY dan bikin huru hara di gedung parlemen. Padahal bisa saja saat itu mereka bisa mengusulkan paketnya sendiri dan memenangkannya bilamana seluruh kemampuan yang dibutuhkan bisa dioptimalkan.
Sebaliknya kubu sebelahnya bisa membuktikan bahwa mereka pantas menang karena kematangan berfikir dan strategi politiknya walaupun Kubu pro Jokowi terlihat sedikit lebih kuat ketika pemilihan MPR. Saat itu DPD entah ada kepentingan sendiri atau ada faktor Jokowi disitu mencoba memainkan siasat tertentu dengan hanya memberikan satu nama yang sama di dua Paket yang diusulkan, ditambah PPP resmi mendukung paket pro Jokowi.Ini membuat kubu pro Prabowo sedikit ada dibawah namun mereka terlihat cukup kalem dan akhirnya memenangkan kursi MPR.
Sekarang semuanya sudah sangat terlambat. Malah sekarang saya melihat ada masalah baru yang sebentar lagi akan dihadapi koalisi Indonesia Hebat karena bersedia menampung partai bermasalah. Dan jangan lupa PKB adalah partai yang punya potensi kuat untuk buat masalah. Apalagi semalam di news sticker Metro Tv saya membaca bahwa Jokowi memastikan akan ada jatah satu kursi buat PPP.
Cirebon,9 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H