Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas diperingati setiap tanggal 2 Mei, diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh sentral pendidikan nasional.
Hardiknas 2 Mei ini selalu dijadikan momentum untuk membenahi sistem pendidikan yang sudah berdiri di negara ini.
Peringatan Hardiknas ini juga dijadikan sebagai titik balik pelajar untuk memprioritaskan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa.
Umumnya, pendidikan nasional kerap dirayakan di sekolah formal, seperti dari SD hingga SMA, tidak jarang perguruan tinggi juga ikut menyemarakkannya.
Namun, ada yang terlupakan dari Hardiknas yang dirayakan setiap 1 hari setelah Hari Buruh Internasional ini, siapa?
Orang tua adalah sekolah pertama
Betul, orang tua sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, jauh sebelum mereka bisa membaca dan menulis di PAUD atau TK.
Tidak sampai di situ saja, orang tua ada sebagai sekolah moral atau akhlak pertama, karakter anak secara fundamental tergantung pada orang tuanya.
Sedini mungkin, mereka punya dasar pendidikan yang kuat atau setidaknya membekas dalam benak mereka dari orang tua.
Seperti halnya ungkapan guru adalah orang tua kedua di sekolah, orang tua adalah guru pertama bagi anak mereka, mendidik kognitif dan afektif.
Mengapa? Kita perlu sepakat bahwa anak adalah peniru yang ulung, apa yang mereka lakukan tergantung pada sifat orang tuanya.
Fenomena anak disuruh menjadi PNS
Sudah menjadi konsumsi publik jika kebanyakan generasi muda menjadi PNS bukan kehendak mereka sendiri, melainkan tuturan orang tua.
Faktor pertama adalah karena orang tua yang berprofesi sebagai apa saja kerjanya asal statusnya PNS menilainya sebagai surga dunia.
Pantas jika karena nyamannya menjadi PNS, para orang tua dengan tameng "Untuk kebaikan kalian" terus menekan anaknya mengikuti jejak mereka.
Adapun faktor kedua karena orang tua non PNS yang memandang pekerjaan tersebut menjanjikan sehingga mengharapkan anak mereka untuk menjadi itu.
Padahal, tidak semua anak berkenan untuk mengikuti jejak kemapanan tersebut jika harus mengorbankan bakat dan kebahagiaan.
Nasihat Ali bin Abi Thalib RA
Jauh sebelum Islam berkemajuan, Sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib RA memiliki pandangan visioner tentang parenting sebagaimana ucapan beliau:
"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan di zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian."
Para orang tua yang masih didominasi Generasi Boomer menganggap PNS sangat menjanjikan tentang kemapanan, kontras dengan Generasi Milenial dan Generasi Z yang menginginkan kebahagiaan.
Bisa jadi bagi Generasi Boomer masih menilai standar pekerjaan adalah kemapanan, tidak peduli dengan lingkungan yang monoton dan kebebasan yang dikekang.
Ini sangat kontras dengan generasi muda yang memprioritaskan kebahagiaan dan kebebasan dalam berkarier.
Memang sudah ada pergeseran zaman, mutlak bagi para orang tua untuk mendidik mereka sesuai zamannya yang menginginkan kemandirian berkarier.
Hardiknas sebagai momen mendidik orang tua
Bukan hanya anak, para orang tua juga perlu untuk dididik selain mendidik anak mereka dalam rangka Hardiknas ini.
Orang tua bukanlah sosok maha sempurna, masih ada kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam rangka Hardiknas ini karena belajar adalah proses seumur hidup.
Dalam momen Hardiknas ini, sangat penting bagi orang tua untuk terdidik agar tidak latah memaksa anak untuk menjadi PNS, begitu kerabat ada yang lolos tes tersebut.
Orang tua perlu belajar untuk melihat berbagai pekerjaan lebih terbuka, tidak terkurung di 1 bidang saja hanya atas nama kemapanan.
Sebaiknya, para orang tua mendidik anak mereka agar menjadi sukses menurut para anak secara mandiri, bukan mendikte mereka untuk menjadi abdi negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H