Lalu, apakah penggantinya jauh lebih baik untukku? Juga, apa haruskah aku untuk terluka lagi karena kehilangan?
Semakin memiliki rasa untuk memiliki, semakin besar konsekuensi untuk kehilangan dan melepaskannya pergi.
Luka yang masih menganga di batin ini masih sering kambuh dan selalu mengerang sakitnya rasa cinta itu.
Rasa sakit itu mengingatkanku tentang konsekuensi mencintai: harus siap kehilangan dan merelakan.
Itu sebab aku hingga kini masih enggan dengan dunia cinta, apalagi soal drama dan problematika di dalamnya.
Lebih baik aku untuk menghindar dari masalah daripada harus berhadapan dengannya tetapi gagal.
Lebih baik juga aku untuk tidak pernah saling kenal dari awal daripada berujung pada perpisahan, lebih-lebih akhir ceritanya tragis.
Semua pengalaman pahitku memberikanku arti betapa sakitnya cinta dan segala masalah di dalamnya.
Luka ini susah disembuhkan, satu-satunya pereda adalah tidak mau berurusan dengan cinta lagi seumur hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H