Mengapa kamu sekarang tidak lagi sehangat di masa lalu, saat awal aku mengenalmu yang dulunya hangat dan ramah?
Mengapa kehangatan darimu berganti menjadi sikapmu yang mendingin layaknya kopi yang terhempas udara hujan malam?
Jujur, dari dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku merindukan dirimu yang seperti dulu yang ceria dan suka berbagi cerita.
Saat ini, kamu justru selalu memberikanku kode, seolah kehadiranku tidak lagi menyenangkan bagimu.
Seiring berjalannya waktu, dirimu tidak lagi berbagi kabar, menyapa saja tidak pernah lagi, hambarlah rasanya.
Padahal, aku menyukaimu lebih dari sekadar karena paras indahmu, melainkan dari hatimu yang menarik hatiku.
Kita pernah sehangat ini, dulunya pernah seakrab ini, kita bahkan lebih dari sekadar pasangan kekasih.
Keintiman hubungan kita menjadi kunci tetap hangatnya hati kita satu sama lain, aku sampai rela melewatkan waktu hanya untuk dirimu.
Aku bahkan tidak ragu untuk mendoakanmu agar dirimu selalu menjadi milikku hingga nafas ini habis.
Namun, tidak sampai nafas ini habis, energimu untuk berbagi kisah sudah habis terlebih dahulu.