Namun, begitu aku susah mengerti, dirimu menghakimiku tidak pernah mengerti perasaanmu sama sekali.
Kamu tahu, kehilangan alasan semangatku itu sangat menyayat sukma dan melelahkan raga, tidak paham?
Aku hingga detik ini masih tidak bisa menemukan alasanku bahagia dalam arti yang sebenarnya.
Aku sering tertawa di depan banyak orang, tapi di hati ini masih sering terluka sampai-sampai ada waktuku untuk menjauh.
Kamu pasti bahagia ketika aku menderita, bahagia saat lepas dariku yang kamu anggap terlalu mengekang.
Setelah 1 dekade, aku menyadari 1 hal, bahwa rasa bahagia itu ada masa kedaluwarsa, itu benar adanya.
Saat sudah mencapai tanggal kedaluwarsa, kebahagiaan itu akan membusuk dan diambil alih oleh duka dan sengsara.
Persis seperti kepergianmu, bahagia dan masa cinta kita memiliki masa kedaluwarsa yang menyakitkan.
Kini, aku hanya bisa mengenang di pemakaman memori indah kita berdua yang kini telah tak terurus lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H