malam selama 9 tahun belakang, tidak ada lagi kesan spesial yang terukir sejak kita berpisah kala itu.
Malam ini danItulah mengapa, aku paling benci melihat langit malam, aku lebih memilih untuk menutup jendela begitu senja berpamitan.
Setiap melihat langit malam, teringat bayangmu yang selalu tersenyum indah saat kita saling empat mata.
Namun, 9 tahun setelah perpisahan yang tidak diinginkan ini, menyebut namamu saja aku sudah mual.
Saat ingat namamu, ingat juga berbagai macam alibi dan kemunafikan yang kamu miliki, tetapi tidak disadari bocor padaku.
Kamu saat itu sudah menjadi milikku, lantas mengapa kamu masih menaruh hati dengan mantan kekasihmu?
Bukannya minta maaf, kamu malah asyik dan bangga berkabar kalau kamu berjalan-jalan dengan orang yang dulu pernah kamu anggap istimewa.
Aku menyesal, mengapa tidak saat itu juga hubungan kita kuakhiri, andai waktu bisa diputar kembali, aku sudah segera mengandaskannya.
Tapi, semua sudah terlanjur terjadi, memang begitulah cinta, begitu mengenalnya tiba-tiba menjadi bodoh atas nama cinta.
Namun, kita akhirnya berpisah setelah 1 tahun 8 bulan bersama, seharusnya lebih singkat dari itu jika aku punya nyali mengesampingkan rasa cinta.
Awalnya, ada rasa sakit dan tidak terima karena aku belum sempat berdamai, tetapi kamu memilih untuk pergi.