Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menyikapi Secara Bijak Fenomena Berkurangnya Sandal Jamaah Tarawih

5 April 2023   21:17 Diperbarui: 5 April 2023   21:25 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah salat. (Foto: Unsplash.com/Masjid Pogung Raya)

Saat Tarawih pertama, jamaah masjid membeludak sampai masjid tersebut tidak sanggup menampung.

Malam Ramadan pertama itulah, jumlah sandal tak terhingga sampai berserakan entah di mana saking banyaknya.

Begitu juga dengan menginjak malam kedua, ketiga, hingga kesepuluh Ramadan, jamaah Salat Tarawih masih banyak.

Begitu memasuki 10 hari kedua, saf jamaah Salat Tarawih di sebuah masjid mulai 'maju' secara perlahan.

'Maju'-nya saf tersebut berkorelasi dengan mulai berkurangnya sandal di teras masjid menandakan jamaah mulai menyusut.

Begitu hari-hari terakhir, masjid mulai terasa lega, tidak terlalu ramai jamaah Salat Tarawih di tempat itu.

Bagaimana dengan sandalnya? Mulai sedikit dan mulai bisa ditata rapi, artinya jamaah semakin menyusut.

Apabila dilihat dari penampakan fisiknya, banyak yang mengatakan bahwa semangat untuk Salat Tarawih menurun.

Bahkan, beberapa kali ceramah menyinggung bahwa jamaah mulai lebih memenuhi mal daripada masjid.

Padahal, penghakiman tersebut belum tentu tepat sasaran, apakah orang-orang benar-benar memilih mal ketimbang tempat ibadah?

Sebelum mengeluarkan pernyataan tersebut, alangkah baiknya kita menyikapi secara bijak terhadap fenomena jamaah yang kian sedikit menjelang akhir Ramadan.

Dari hukumnya saja, Salat Tarawih bersifat sunah dan tidak melulu harus dikerjakan di dalam masjid.

Bahkan, Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat pernah diceritakan bahwa pernah beberapa hari tidak ikut salat tersebut di masjid.

Apa alasannya? Beliau takut apabila di kemudian hari ibadah tersebut dianggap wajib jika banyak yang melihat beliau sering Salat Tarawih di masjid berjamaah.

Berikutnya, ada gerakan safari Ramadan yang salatnya tidak menetap di 1 masjid saja, mereka mengagendakan Salat Tarawih di beberapa masjid.

Apakah mereka memenuhi mal ketimbang di masjid? Tidak mesti, bisa jadi ada acara pengajian berbuka yang dilanjutkan dengan Salat Tarawih di rumah seseorang.

Sepinya masjid di kota tidak bisa dinilai secara pasti bahwa penyebabnya adalah kejenuhan atau pergeseran minat umat.

Bisa jadi mereka sudah memutuskan untuk mudik terlebih dahulu ketika sudah diumumkan untuk libur lebih cepat.

Sepinya masjid-masjid di kota belum tentu sepi juga di masjid-masjid kampung halaman masyarakat.

Bahkan, masjid-masjid di kampung halaman lebih semarak oleh pemudik yang ikut Salat Tarawih berjamaah.

Sebagai penutup, alangkah baiknya kita tidak langsung menilai masyarakat di akhir-akhir Ramadan memilih mal daripada masjid.

Mengapa? Karena kita tidak tahu apa alasan  sebenarnya mereka tidak melaksanakan Salat Tarawih di suatu masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun