Pernah suatu ketika, saat aku pulang, aku menaiki angkutan kota yang berhenti tepat di depan sekolahku.
Aku tidak mengira jika ada sosok dirimu yang berdiam diri, sudah duduk tepat di depanku persis.
Kenangan indah kita di kendaraan umum ini kembali hadir di otakku, rasaynyamual sekali saat mengingatnya.
Kamu terlihat cuek, sepertinya kamu sudah mulai bisa melupakanku dengan segenap kenangan kita.
Namun, aku yang masih mengingatmu dengan penuh benci radang dan membuang mukaku begitu saja.
Sepanjang perjalanan, kita sama-sama membisu, aku hanya bisa menatap jalanan yang bergerak begitu cepat.
Kita sama-sama di angkutan kota, tetapi kita terasa sangat asing untuk kembali, bahkan menatapmu saja aku tidak mau.
Rupanya, kita punya kenangan yang manis sekaligus pahit dan getir di dalam angkutan kota, kendaraan yang pernah menjadi saksi bisu pertemuan kita meskipun hanya sekali.
Kalau kamu lupa, syukurlah karena kamu menganggapku tidak lagi berguna dan memilih dirinya yang lebih peduli.
Lantas, apakah kamu hingga detik ini masih menggemari angkutan kota di kota yang kita tinggali ini?
Atau, kamu sekarang lebih suka diantar dan dijemput oleh pacar barumu yang membuatmu jatuh hati selamanya?