Dulu waktu masih TK atau SD sekitar 2 dekade silam, saya sering diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kebiasaan ini sudah mengakar bagi saya sampai-sampai tidak bisa kalau membawa sampah dan tidak menemukan tempat sampah.
Saya lebih memilih saku atau tas menjadi tempat penampungan sampah daripada mengotori lingkungan.
Sekarang zaman sudah berubah, kampanye membuang sampah pada tempatnya mulai meredup, sekarang sudah ada yang baru: memilah sampah.
Sebelum dibuang, sampah dipilah ke golongan tertentu, yaitu organik seperti bekas tulang ayam atau dedaunan dan non organik misal plastik, kertas, atau kaleng.
Nah, apa sebenarnya kampanye memilah sampah di Indonesia ini sudah tepat untuk dilaksanakan?
Jawabannya, jelas-jelas masih belum bisa bisa kita lihat sendiri, buang sampah pada tempatnya saja masih belum mampu.
Sudah tahu sungai, parit, pinggir jalan, atau gerbong datar untuk kereta kontainer bukan tempat pembuangan sampah, malah dijadikan tempat sampah.
Misal acara Car Free Day, begitu bubar mesti ketemu gelas plastik, bungkus permen, atau tercecer di sembarang tempat.
Contoh lagi, salat Idul Fitri atau Idul Adha di lapangan terbuka, sudah diingatkan agar dibereskan masih saja ada jemaah bandel yang malas membuangnya.
Ada juga orang buang sampah di jalanan, beberapa pemilik mobil yang sampahnya dilempar begitu saja dari jendela.
Rasanya, kampanye memilah sampah sebelum dibuang masih terlalu jauh diterapkan di Indonesia ini.
Sampai sekarang masih heran, mengapa budaya membuang sampah di tempatnya saja masih susah sekali.
Dari mentalnya saja sudah jelas, mental malas sudah terlalu lama bercokol di otak beberapa orang Indonesia yang masih belum mampu peduli kebersihan.
Malahan ada yang terlalu mengandalkan petugas kebersihan untuk membereskan sampah mereka yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemilik sampah.
Terlalu mengandalkan orang lain seperti itu juga menunjukkan sebagian masyarakat kita masih malas untuk bertanggung jawab.
Apa mental orang Indonesia pemalas? Bukan hanya itu, mereka juga suka membabi buta menyalahkan pemerintah atas pengelolaan sampah
Sampah menumpuk di sungai atau parit, menyumbat air, begitu banjir, apa yang dilakukan masyarakat? Menyalahkan pemerintah karena tidak becus mengatasi banjir.
Padahal, sebabnya sudah jelas, yaitu sampah yang mereka buang seenaknya sendiri dan tanpa berpikir panjang dengan dampaknya
Contohlah Jepang waktu Piala Dunia Qatar 2022 kemarin, timnasnya beberes tempat sampai rapi, suporternya bersihkan sampah stadion.
Harusnya kita yang malu, mengapa kita paling malas soal kebersihan lingkungan, semoga ini jadi renungan bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H