Beruntung, tidak ada korban jiwa yang melayang pada pertandingan final Piala Abu Ammar di Palestina.
Apakah FIFA akan melihatnya sebagai pelanggaran karena menginvasi negara lain dan mengacaukan sepak bolanya? Kita tunggu saja pengumumannya.
Mungkin apa yang dikatakan oleh beberapa gubernur, parpol, dan MUI ada benarnya untuk menolak 'negara' tersebut.
Sayangnya, mereka sudah kadung diserang habis-habisan karena mencampuradukkan politik dalam sepak bola.
Mereka memilih untuk tetap mengizinkan Israel ikut berlaga, kalau Piala Dunia U20 di Indonesia tidak dibatalkan, sebagai diplomasi agar menghentikan agresinya ke Palestina.
Apakah ada unsur politiknya? Sebenarnya iya, tetapi mereka salah tafsir karena menganggap penolakan tersebut sarat politik.
Ada standar ganda pada para pencinta sepak bola, kok bisa? Mereka menentang penolakan yang berbau unsur politik, tetapi menginginkan diplomasi yang juga politik.
Ya, mau bagaimana lagi, dari induk sepak bola internasional saja sudah standar ganda, apalagi kalangan di bawahnya.
Jika penolakan Indonesia terhadap Israel akan mengundang ancaman, apakah Israel akan disanksi atas penyerangan ke stadion Palestina dengan gas air mata ini?
Atau, apakah FIFA 'membela' Israel dengan mengatakan insiden di Stadion Faisal Al-Husseini itu karena faktor angin?
Sudah menjadi hukum alam, baik PBB maupun FIFA sama-sama membela 'negara' ini dan sekutunya atas dasar #NoDiscrimination dan mudah memberikan sanksi terhadap siapa saya yang menentang sekutu ini.