Ramadan juga mengajarkan secara baik arti menahan diri dari reaksi negatif terhadap suatu fenomena yang menurutnya kurang sesuai.
Misal dari kalangan internal, ada yang menentukan awal puasa melalui hisab (perhitungan astronomis) atau masih menggunakan rukyat (mengamati langsung).
Atau, ada juga sebagian umat Islam yang menganut paham Salat Tarawih dilaksanakan dalam 8 atau 23 rakaat.
Begitu pula dengan aspek eksternal, kita dituntut untuk bersabar menghadapi orang yang tidak berpuasa karena beda agama atau ada alasan yang membolehkan untuk tidak berpuasa.
Seperti masalah usaha kuliner yang tetap buka pada siang hari, mereka yang tidak beragama Islam atau berhalangan akan makan apa dan di mana kalau tidak ada yang buka?
Maka dari itu, puasa adalah ritual meditasi yang sangat menantang karena diperintahkan untuk menahan hawa nafsu, tetapi tetap beraktivitas normal.
Ini berbeda dengan meditasi lainnya yang umumnya dilaksanakan dalam waktu tertentu dan benar-benar berisitirahat dari urusan duniawi.
Tantangan orang berpuasa memang berat, sudah harus menahan nafsu, godaan selalu ditemui di berbagai tempat pula.
Tidak salah jika pahala puasa sangat khusus karena akan dilipatgandakan jauh lebih besar dari amalan baik di bulan lain, semacam rewards.
Orang yang berhasil melewatinya adalah orang yang benar-benar tangguh dan akan memiliki kematangan spiritual dan sosial.
Dengan kematangan tersebut, seseorang menjadi lebih bijak dalam menyikapi berbagai hal yang tumbuh.