Perkara usaha kuliner yang masih buka siang hari selama Ramadan masih tetap hangat hingga saat ini oleh kelompok tertentu.
Masih banyak orang berpuasa yang minta dihargai, tetapi tidak mau menghargai orang yang tidak berpuasa.
Misalnya, ada ormas (mengaku) Islam yang kepanasan karena ada usaha kuliner yang tetap buka pada siang harinya.
Namun, giliran agamanya diinjak-injak, mereka seolah mengibarkan api pertempuran padahal itu merupakan buah sebab-akibat.
Namun, tidak sedikit juga yang tidak berpuasa malah minta dirinya dihormati tanpa membalasnya dengan menghormati orang yang berpuasa.
Kita bisa lihat semuanya di tempat umum, banyak yang dengan bangganya merokok atau makan di tempat seolah hari ini biasa saja.
Malah dengan bangganya, mereka menyuruh orang lain untuk menghormati dirinya yang tidak berpuasa, padahal tidak menghormati yang berpuasa.
Kedua belah pihak ini tidak bisa mengartikan menghormati satu sama lain, semua masih terjebak dalam egoisme.
Sekarang bukan lagi era menghormati seseorang hanya dari 1 sisi, melainkan ada timbal balik saling menghormati.
Momen Ramadan dapat disikapi secara bijak sebagai kesempatan untuk saling toleransi satu sama lain yang berbeda kelompok.