Ramadan 1444 H yang sudah memasuki hari kedua.
Syukur alhamdulillah, kita diberi kesempatan bisa menikmati bulan suciRamadan datang bukan hanya waktu untuk mengistirahatkan pencernaan dari tugas rutinnya, atau anak-anak bilangnya sebagai momen menahan lapar dan haus.
Bulan tersebut juga sebagai bulan yang agung dan mulia karena amalan dilipatgandakan sebanyak-banyaknya, seperti Hadis Qudsi berikut.
"Allah 'azza wa jalla berfirman: "Setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya"." (H.R. Bukhari: 1904 dan Muslim: 1151)
Bukan hanya bulan yang spesial, Ramadan juga bisa diartikan sebagai waktu untuk mereparasi hati setelah 11 bukan terpakai.
Jika sudah terbiasa dengan filosofi kupu-kupu sebagai analogi puasa untuk mencapai kesempurnaan spiritual, saya punya analogi lain: otomotif.
Ibarat mobil atau motor, perlu waktu untuk servis total agar performa yang lebih baik, pastinya di waktu itu kendaraan kita berhenti.
Ramadan datang sebagai waktu 'servis total', mungkin komponen seperti kesabaran, kepekaan, nurani, atau kemampuan menerima kebenaran sudah aus.
Bagaimana tidak aus, hati kita sudah diforsir sebagai rem sekaligus tameng dalam 'pertarungan hidup' selama 11 bulan.
Uniknya, selama masa 'servis total' tersebut, kita tetap beraktivitas normal seperti biasanya meskipun durasi pekerjaan diperpendek.
Hal ini sangat unik karena hati kita direparasi sekaligus diujicobakan pada waktu yang sama, dan itu berjalan selama sebulan.
Bahkan, saat kondisi masih dalam perbaikan pun langsung diujicobakan dengan berbagai keadaan agar bisa dievaluasi.
Tidak salah, banyak yang bersuka cita dengan Ramadan bukan hanya mengejar keutamaannya, mereka punya 'sinyal' agar hati direparasi.
Dengan berpuasa yang wajib hanya selama sebulan dalam setahun, hati benar-benar mendapatkan servis agar bisa lebih prima selama 11 bulan ke depan.
Fasilitas 'turun mesin' hati kita antara lain ceramah, pengajian, atau berbagai ibadah lainnya yang dianjurkan sehingga kesempurnaan spiritualitas tercapai.
Ibaratnya, setelah selesai diservis total dan lolos pengujian, akan diberikan tanda kalau kendaraan sudah layak digunakan.
Hati yang selesai diperbaiki sudah siap digunakan untuk mengerem hasrat, bersabar, dan menerima kebenaran, tanda siap pakai tersebut berupa predikat takwa.
Dengan predikat bertakwa, artinya adalah hati kita benar-benar kembali prima mengarungi kerasnya hidup selama setahun ke depan hingga bertemu Ramadan lagi (bila diberi kesempatan).
Inilah tujuan dari puasa, agar hati kita menjadi lebih sehat dan lebih baik, bukan sekadar menahan lapar dan haus, semoga kita memiliki kepekaan dan kecerdasan spiritual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H