Ternyata, thrifting bukanlah pemicu yang membuat ekonomi Indonesia di bawah ancaman, lalu apa sebenarnya?
1. Korupsi
Korupsi benar-benar merugikan stabilitas ekonomi Indonesia, bukan perlaku thrifting yang sekarang ini berkembang.
Pejabat korup tidak lain dan tidak bukan muncul karena perilaku konsumtif dan tidak jauh dari gengsi untuk flexing.
Belanjanya pun berupa barang-barang atau fashion yang merupakan produk branded yang harganya di luar nalar.
Mengapa mereka bisa melakukannya? Karena ada privilese yang membuat mereka bisa bertindak sembarangan, seperti korupsi dan suap-menyuap.
Dengan menghalalkan segara cara yang haram demi memperkaya diri, mereka justru merugikan negara.
2. Impor
Impor yang dibahas di sini bukan dalam artian thrifting yang merupakan kebutuhan sekunder atau malah berupa tersier.
Melainkan, Indonesia sering impor kebutuhan primer, seperti beras sebagai salah satu contoh impor terbesarnya.
Kebijakan ini justru merugikan produksi beras lokal yang petaninya mulai mengalami kerugian dan ancaman berkurangnya lahan sebagai bentuk konflik agraria.
Selain itu, impor beras juga mencederai sejarah Indonesia yang pernah mengalami swasembada pangan.
3. Persaingan tidak sehat
Maraknya thrifting yang dianggap haram oleh pemerintah justru karena pemerintah sendiri yang tidak tegas dan selalu berujung pada kebuntuan.