Kehangatanmu yang pernah kurasakan, perlahan mulai mendingin dan tidak seperti dirimu yang kukenal selama ini.
Padahal, kehangatan dan keramahanmu adalah ciri khas dari dalam dirimu sendiri, berbeda dengan yang lain.
Jujur, aku rindu seperti bagaimana pun bawelmu atau sapaan ramahmu di setiap hari-hari di saat kamu masih seperti dulu.
Waktu sudah mengubah siapa pun, termasuk dirimu yang seperti kopi yang perlahan mulai mendingin dan tidak senikmat saat hangat.
Ah, dalam sedih lagi-lagi aku merindukanmu dan semua tentangmu di masa lalu sebelum dirimu menjadi sekarang ini.
Memang, manusia pasti akan berubah, tetapi arahnya seperti apa, pasti berbeda, ada yang berubah ke arah positif atau sebaliknya.
Kehangatanmu yang mulai memudar adalah perubahan negatif, dan aku tidak suka dengan dinginnya sikapmu saat ini.
Saat ini, aku bingung untuk menentukan sikap, apakah aku seharusnya bertahan menunggumu kembali seperti dulu?
Ataukah, dinginnya dirimu sekarang adalah isyarat bahwa dirimu akan pergi atau aku harus meninggalkanmu?
Aku tetap menunggumu dengan segenap penuh harap agar dirimu kembali seperti semula meski dada ini remuk.
Namun, semua ada batasnya, termasuk kesabaranku dan waktu untuk menantikanmu kembali seperti orang yang pernah kukenal.