Dengan kondisi tersebut, huruf alfabet yang digunakan akan hemat hanya sebanyak 26 buah huruf.
Meskipun hemat, jika tidak tahu konteks kata seperti apa, pengucapannya akan menjadi lebih sulit.
Ini sangat kontras dengan Aksara Jawa yang mengenal istilah pepet dan taling untuk membedakan antara E lemah dan E jelas.
Bahasa Turki punya sistem vokal E yang unik. yakni I tanpa titik (berbeda dengan huruf yang meski kapital tetap menggunakan titik) untuk E lemah dan E biasa untuk E tegas.
Bahasa Prancis justru punya 5 jenis huruf E, yaitu E, , , , dan dengan variasi pengucapan yang berbeda dan memengaruhi cara baca di akhir kata.
Jadi, Anda jangan kaget apabila alfabet dalam keyboard di ponsel untuk bahasa ini lebih banyak dan kurang cocok jika jempol Anda agak besar.
Apabila tidak ada sistem penulisan terbaru tentang ketiga perbedaan pelafalan huruf E, kesalahan atau kebingungan penjelasan atau pengucapan masih akan terus terjadi.
Inovasi ini perlu untuk diwujudkan demi menekan ambiguitas dan kesalahpahaman dalam berbahasa Indonesia.
Sudah saatnya untuk melakukan standardisasi huruf E sesuai perbedaan vokal huruf tersebut untuk menyamakan persepsi.
Mungkin terkesan ribet karena akan menambah 2 huruf lagi dalam alfabet, tetapi efeknya penting untuk menghindari perdebatan cara baca huruf tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H