Saat aku masih menjadi kamu, masa depan semakin dekat karena terlalu mengharapkan masa itu tiba agar lebih bebas dan bahagia.
Namun, kenyataanya tidak seperti itu, kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang aku mimpikan di masa lalu.
Alih-alih kebahagiaan, justru yang kuraih adalah penderitaan dan kemalangan karena hidup semakin berat, aku menyesal terlalu berharap lekas menuju masa depan.
Ekspektasi demi ekspektasi musnah dan diganjar realitas yang pahit, tetapi tidak seperti obat yang menyembuhkan, ini malah menyakitkan.
Aku harus bergelut melawan takdir kejam, seolah semesta tidak menghendaki aku untuk bahagia atau hidup seperti impianku.
Kamu tahu mengapa wajahku terlihat kusam, muram, dan letih? Karena aku lelah melawan kenyataan, aku belum siap dan tidak akan siap untuk menjalani masa depan.
Setiap saat, aku semakin letih dengan kehidupanku sendiri, lelah bertarung mewujudkan mimpi yang kecil kemungkinan untuk tergapai.
Seiring berjalannya waktu, aku kian lelah untuk berharap agar masa depan menjadi lebih baik karena hidup seperti piramida terbalik.
Masih terbesit di pikiranku untuk selalu kembali ke masa lalu dan ingin hidup di sini, di masa yang kamu jalani saat ini.
Saat ini, aku menginginkan sesuatu untuk kamu yang merupakan refleksi dari aku di masa lalu, penting untuk kamu dengar.
Nikmatilah hidup saat ini, jangan terlalu berharap pada masa depan karena masa kini akan menentukan masa depan.