Di sini, kami sama-sama jengkel dengan tipikal masyarakat Indonesia yang hobi banget menutup jalan demi kesenangannya pribadi.
Wajar karena kultur
Mengapa masyarakat hobi banget menutup jalan untuk mendirikan tenda hajatan? Ini disebabkan oleh kultur yang mengakar.
Mereka tidak menganggap jalan sebagai tempat umum, melainkan sebelas dua belas dengan halaman depan rumah.
Belum lagi orang-orang sekitar yang belum mencapai kesadaran tentang fungsi jalan memaklumi adanya hajatan di tengah jalan.
Sehingga, orang-orang menganggap mendirikan tenda hajatan memakan jalan adalah hal yang wajar dan mengakar.
Makanya, tidak heran kalau kebiasaan menutup jalan karena digunakan untuk hajatan masih lestari hingga bertahun-tahun lamanya.
Kultur Indonesia menormalisasi penggunaan tempat tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti menggunakan jalan untuk hajatan.
Tenggang rasa yang salah tempat
Saya sempat ingin melayangkan protes terhadap tetangga yang menutup jalan seenaknya demi kepentingan pribadi itu.
Sayangnya, saya selalu dimentahkan oleh ucapan "Kita harus tenggang rasa dengan tetangga" dan banyak dalam keluarga saya yang mewajarkan budaya salah tersebut.
Sebenarnya, apakah sikap tenggang rasa itu bisa dikembangkan untuk mewajarkan berbagai kesalahan yang mengakar?
Tidak, ini merupakan menyalahgunakan sikap tenggang rasa terhadap hal-hal yang salah, tetapi justru dijadikan tameng atas budaya yang salah seperti hajatan menutupi jalan.