era kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan bahkan menggunakan produk tersebut.
Tanpa disadari, kita sudah masuk ke dalamSebut saja GPS yang sering digunakan untuk navigasi, algoritma media sosial, trending topic di lini masa, dan sistem pada online marketplace.
Bahkan, HP canggih yang kita gunakan detik ini memiliki kecerdasan artifisial yang membuat performanya jauh lebih baik.
Sehingga omong kosong bagi siapa saja yang mengaku tidak pernah dan tidak akan pernah menggunakan AI.
AI diciptakan untuk mengurangi human error pada beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dan memecahkan masalah rumit yang belum tentu bisa dikerjakan manusia
Hampir semua lini kehidupan dijangkau oleh AI, tetapi apakah bisa mengambil alih semua peran yang dikerjakan oleh manusia?
Jawabannya, tidak semuanya bisa dikerjakan oleh AI seutuhnya, salah satu contohnya adalah menjadi penulis.
Entah menulis di portal media, blog, media sosial atau media lainnya di dunia maya, sebagian besar prosesnya dipegang oleh kecerdasan natural yang dimiliki oleh manusia.
Walaupun begitu, peran AI cukup vital dalam proses seorang penulis untuk menulis artikel di dunia maya.
Ya, AI hanya sebatas mengoleksi data dan traffic dari topik yang hangat di suatu waktu, serta referensi search engine optimization atau SEO.
Tugas AI hanya sampai di situ, selebihnya manusialah yang menulis konten artikel, baik berita, opini, atau artikel yang segar.
Mengapa AI tidak bisa mengambil alih peran penulis sepenuhnya? Ini berkaitan dengan rasa dan gaya penulisan.
Seorang penulis dituntut untuk kreatif dalam menulis konten yang akan dimuat di sebuah portal media atau di media sosial.
Kreativitas inilah yang sulit diciptakan oleh AI, hanya kecerdasan alamiah dari manusia yang bisa untuk melakukannya.
Peran AI secara garis besar hanya membantu penulis dalam mencari topik yang sedang trending dan membantu kata kunci mana yang sering digunakan para pencari.
Sedangkan untuk variasi diksi, gagasan, dan gaya bahasa sepenuhnya dilakukan oleh penulis yang merupakan manusia.
Bayangkan jika AI yang menulis konten tersebut, bukannya enak dibaca malah tulisannya kaku dan sulit dimengerti.
Tulisan yang dibuat oleh kecerdasan alamiah produk Tuhan akan enak dibaca dan tidak membosankan.
Inilah keunikan dari kecerdasan natural yang gayanya tidak bisa sama satu sama lain dan sangat variatif.
Sebenarnya, kegiatan menulis berproses dari manusia untuk manusia, sehingga perlu untuk menulis dengan gaya bahasa manusia yang ringan dan mudah dimengerti.
Jangan sampai kecerdasan artifisial akan membunuh kecerdasan natural yang membuat otak kita menjadi kerdil dan miskin kreativitas untuk menulis.
Mari kita gunakan kecerdasan buatan secara bijak tanpa harus menomorduakan kecerdasan alamiah dalam proses menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H