Selain itu, jiwa muda cenderung susah diatur, mereka masih ingin bermesraan dengan jiwa mudanya yang cenderung malas dengan pengekangan.
Ada juga yang beralasan bahwa dalam usia tersebut sudah dianggap matang dan telah lulus dari kuliah secara tepat. Padahal, kenyataannya tidak berkata demikian, tidak semua mahasiswa bisa lulus hanya dalam 4 tahun atau kurang.
Sangat kontras dengan masa sekolah dengan masa studi yang pasti, seperti SD 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak kunjung lulus kuliah sehingga usianya lebih dari batas maksimal lowongan kerja.
Ada yang kecerdasannya kurang, kesibukan lainnya yang menyebabkan perkuliahannya terhambat, atau malah faktor dosennya yang membuat lulusnya lama.
Faktor-faktor tersebut yang membuat mahasiswa tingkat akhir selalu dilanda kecemasan jika tidak mendapatkan pekerjaan. Ada yang tidak kalah pelik, yaitu usianya dihabiskan untuk melamar pekerjaan, tetapi selalu ditimpa kemalangan.
Mulai dari gagal tes, kendala administrasi, sampai gugur dalam syarat lowongan kerja karena IPK kurang memadai atau justru mencari yang sudah berpengalaman.
Secara tidak langsung, usia pelamar kerja sudah dihabiskan untuk mencari pekerjaan, tetapi diganjar kesia-siaan. Dari berbagai faktor, tidak relevannya lagi usia pelamar kerja sebenarnya sangat kompleks dan sangat berkaitan.
Perlu bagi pemilik lapangan pekerjaan atau HRD untuk meninjau agar syarat usia maksimal tersebut bisa dihapus. Penghapusan usia maksimal pelamar kerja juga menolong untuk memberikan pekerjaan bagi mereka yang menganggur.
Tepatnya terpaksa menjadi pengangguran karena terbentur berbagai persyaratan yang tidak relevan, bukan malas bekerja. Sayangnya, masih banyak yang menghakimi pengangguran tanpa memahami penderitaan pelamar kerja.Â
Semoga semua sadar dengan kegelisahan para pelamar kerja yang gagal karena faktor usia, tetap semangat untuk para pelamar kerja dan semoga pemilik lapangan pekerjaan dan HRD lekas sadar.