Tidak seperti negara maju, negara berkembang cukup banyak warganya yang menjadi PNS, termasuk Indonesia.
Tiap bulan, gajinya konstan, tidak pernah fluktuatif sepanjang waktu, tambahannya adalah insentif.
Sudah jadi hal yang lumrah jika di Indonesia, menjadi PNS adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan
Cukup fokus bekerja, perkara uang hanya negara yang memikirkannya dan besarannya konstan setiap waktunya.
Ini yang menjadi idaman, tidak perlu bersusah payah mencari uang, pekerjaannya pasti, dan tentunya bisa dijadikan untuk cicilan KPR.
Pantas saja hampir kebanyakan masyarakat Indonesia mendambakan pekerjaan sebagai PNS saking nyamannya.
Bahkan, ada yang menganggap bahwa seseorang itu sukses jika bekerja sebagai abdi negara.
Paradigma ini memunculkan pola pikir calon mertua memberikan syarat wajib calon menantunya harus PNS.
Mereka tidak mau anaknya nanti ikut menderita jika bekerja dengan penghasilan tidak pasti selain abdi negara ini.
Ini ciri khas Indonesia, tidak bakal ditemukan di negara lain, misal Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, atau Uni Eropa.
Apakah selamanya terjamin?
Menjadi PNS itu sangat menjanjikan bagi sebagian masyarakat Indonesia, tetapi apakah selamanya bisa terjamin?
Ternyata tidak selamanya negara bisa menanggung, lama-lama negara tidak mampu membiayai PNS.
Ini sesuai dengan kutipan Akbar Faizal saat berpidato di depan wisudawan UNM Makassar pada 2021 silam.
Kalau dilogika, ada benarnya ucapan tersebut, hanya saja sayangnya orang tua atau keluarga terlalu terobsesi anggota keluarganya menjadi PNS.
Karena negara lama-lama tidak sanggup untuk menjamin semua abdi negaranya hingga mereka meninggal.
Begitu pensiun, mereka masih mendapatkan uang pensiun sampai meninggal dunia nantinya.
Sangat menggiurkan, tetapi alokasi APBN akan membengkak, dan akhirnya akan mencari utang lagi.
Inilah sebabnya mengapa pemerintah mulai mengurangi jatah formasi PNS dan memperbanyak PPPK.
Tidak seperti PNS, PPPK hanya berjangka waktu, apabila sudah pensiun, tidak mendapatkan dana pensiun.
Namun, ini masih belum bisa untuk mengurangi beban keuangan negara yang mulai membengkak ini.
Paradigma yang masih bercokol
Mengikis paradigma kesuksesan orang dinilai kalau seseorang menjadi PNS benar-benar sulit.
Kenyamanan mereka tentang finansial yang terjamin hingga meninggal menjadi penyebabnya.
Bahkan, mau bagaimana pun kinerjanya, gajinya tetap konsisten ini sangat menggoda bagi masyarakat Indonesia.
Ini juga berdampak dengan pekerjaannya, menjadi kurang produktif karena terlena dengan gaji yang konsisten.
Sangat berbeda dengan mereka yang benar-benar bekerja, tetapi penghasilannya kurang sesuai usaha.
Paradigma inilah yang membuat sebagian masyarakat Indonesia terjebak dalam zona nyaman.
Padahal, justru yang bekerja di luar PNS menjadi benar-benar menantang dan konsep 'hasil tidak mengkhianati usaha' benar-benar masuk akal.
Memiliki pekerjaan di luar sebagai abdi negara justru akan meningkatkan motivasi kerja demi penghasilan.
Konsep berjuang inilah yang diterapkan kebanyakan negara maju di seluruh dunia ini.
Hanya saja, kebanyakan masyarakat menutup mata dan menganggap pekerjaan lain tidak menjanjikan.
Butuh waktu yang lama untuk mengubah pola pikir ini meski lama karena masih banyak generasi boomer yang menganggap PNS menjadi pekerjaaan yang menjanjikan.
Suatu saat nanti, ketika generasi boomer akan digantikan oleh generasi milenial, pola pikir ini akan berubah.
Sehingga, Indonesia punya daya saing yang bagus dan mencintai tantangan, tidak melulu berleha-leha di zona nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H