Mohon tunggu...
Mohd. Fatria putra
Mohd. Fatria putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa fakultas hukum

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia-Tiongkok di Laut China Selatan: Strategi Diplomasi atau Kepentingan Terselubung?

24 November 2024   05:37 Diperbarui: 24 November 2024   06:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan terkini hubungan Indonesia dan Tiongkok dalam isu Laut China Selatan (LCS) adalah topik yang menggugah banyak perhatian. Meski sering dibahas dalam konteks ekonomi dan keamanan, ada dimensi lain yang layak ditelusuri lebih mendalam, yaitu posisi Indonesia dalam tatanan geopolitik regional yang dinamis.  

*LCS: Lebih dari Sekadar Sumber Daya  

Salah satu hal yang jarang diangkat adalah bahwa Laut China Selatan tidak hanya soal potensi ekonomi, seperti minyak, gas, atau perikanan. Lebih jauh, laut ini adalah jalur perdagangan internasional vital yang menghubungkan Asia Timur, Asia Tenggara, hingga kawasan Pasifik dan Hindia. Dalam konteks inilah, kerja sama Indonesia-Tiongkok seharusnya bukan hanya dilihat dari sudut pandang keuntungan ekonomi, tetapi sebagai langkah strategis dalam menentukan arah dominasi kekuatan di kawasan.  

*Peluang Menggiring Tiongkok ke Jalur Multilateral  

Kesepakatan ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengarahkan Tiongkok ke pendekatan multilateral yang lebih kooperatif. Dengan menempatkan prinsip UNCLOS sebagai dasar kerja sama, Indonesia tidak hanya melindungi ZEE-nya tetapi juga memberi sinyal tegas bahwa kedaulatan negara adalah prinsip yang tidak bisa ditawar.  

Sebaliknya, jika Tiongkok terkesan memanfaatkan kesepakatan ini untuk memperkuat pengaruh unilateralnya, Indonesia dapat menggunakan dukungan ASEAN dan mitra strategis lain untuk menekan Beijing agar mematuhi norma internasional. Dengan demikian, kerja sama ini bukan hanya masalah bilateral tetapi berimplikasi pada dinamika global.  

*Diplomasi Tanpa Ketergantungan  

Indonesia harus memastikan bahwa kerja sama ini tidak menjadi bentuk ketergantungan ekonomi. Sumber daya yang diperoleh dari kesepakatan ini perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan domestik, terutama di bidang maritim, teknologi, dan pengelolaan laut. Peningkatan ini penting agar Indonesia tetap memiliki daya tawar tinggi di masa depan tanpa bergantung pada pihak mana pun.  

*Menjaga Solidaritas Regional  

Dinamika kerja sama ini juga harus mempertimbangkan hubungan Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain. Sebagai negara yang dianggap memiliki peran sentral di kawasan, Indonesia perlu menjaga agar kebijakan luar negerinya tidak memicu persepsi ketidakadilan di antara negara tetangga, khususnya Filipina dan Vietnam.  

Melalui komunikasi diplomatik yang intens, Indonesia dapat memposisikan kesepakatan ini sebagai model bagi penyelesaian konflik di kawasan secara damai dan berbasis hukum internasional. Ini akan memperkuat reputasi Indonesia sebagai pemimpin yang menjunjung tinggi stabilitas kawasan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun