Mohon tunggu...
Moh Dahlan
Moh Dahlan Mohon Tunggu... -

menggagas Islam yang inkulsif tanpa mengorbankan militanisme

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Amien Rais Tokoh Tak ada Tandingannya di Indonesia

14 September 2013   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:55 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Prof. Amien Rais seorang manusia yang sangat bersahaja, Beliau seorang reformis sejati yang sanggup meruntuhkan benteng yang kokoh rezim soeharto yang dikenal otoriter dan kejam, sudah beberapa ratus anak manusia terbunuh atau mati dibawah tangan besinya. Semua yang dikatakan Tokoh Nasional saat itu hanya diam tak bersuara, mereka merasa ciut nyalinya bila harus berhadapan dengan Soeharto, bahkan banyak tokoh Nasional yang sudah kenyang gelimangan harta karena kedekatan dengan Soeharto, hingga suara-suara mereka menjadi serak tatkala para mahasiswa menyuarakan gulingkan soeharto.

Atas idjin Allah serta perjuangan Pak Amien  yang tak pantang menyerah dan didorong oleh Mahasiswa, akhirnya soeharto tumbang. Waktu itu Indonesia menyisakan berbagai agenda untuk mereformasi diberbagai sendi kehidupan, yang salah satunya adalah pergantian kepemimpinan Nasional pasca Habibie gagal maju pada Pilpres, para Tokoh Nasional semuanya sepakat yang berhak dan layak  menjadi Presiden waktu itu adalah Pak Amien Rais, karena mereka pun paham betul bahwa Amien Rais adalah Bapak Reformasi sejati. Namun dengan rendah hati Pak Amien menolak permintaan para Tokoh Nasional saat itu, sebuah fakta yang sulit diterima oleh akal sehat. Siapapun di Negara ini yang punya keinginan jadi Presiden, jangan kan dipinta tidak layak pun berbondong-bondong menyatakan diri sebagai kandidat calon presiden, dengan mengumbar prestasi demi prestasi yang hanya imajinasi dan bualan semata.

Pak Amien saat itu menolak untuk dicalonkan Presiden dengan berbagai alasan, salah satunya alasan prinsifil adalah karena ada yang lebih senior darinya adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur)  dan tidak ada restu dari Ibunya. dua alasan yang sangat sulit ditemukan di Tokoh-Tokoh Nasional yang lain. Amien Rais bila ditinjau dari kapabilitas serta keilmuan beliau, kalau mau jujur beliau lebih  layak untuk menduduki kursi RI-1 dibandingkan dengan Gusdur,  karena beliau mumpuni dibidang Perpolitikan sesuai dengan basic pendidikannya, namun karena beliau menghargai senioritas dalam segi usia maka beliau mempersilahkan Gusdur untuk naik pada tampuk kekuasaan. alasan yang kedua, tidak adanya restu dari ibunya, itu mencerminkan seorang pribadi yang sholeh engga mau neko-neko dan menyakiti hati ibunya, walaupun beliau sedang diposisi puncak popularitas, beliau sadar betul tanpa restu dan doa dari Ibu maka apa yang beliau miliki dan duduki tidak akan mendapatkan berkah dan kesuksesan  karena imbasnya akan mengakibatkan pada kesengsaraan di Akhirat kelak.

Kini setelah 15 Tahun Orde Reformasi berjalan bak cendawan di musim hujan. bermunculanlah manusia-manusia oportunis yang menisbatkan diri sebagai Tokoh Nasional, mereka mengikrarkan diri sebagai pahlawan yang memihak kepentingan rakyat , merekan dengan uang nya yang melimpah (wallohu a'lam halal dan haramnya) berkompanye diberbagai media supaya mendapatkan empati dari rakyat, blusukan kedaerah-daerah kumuh penyambung lidah soekarno dll,   tentunya kita bisa menebak bahwa semua itu dilakukan untuk melenggang dengan mulus di pilpres 2014 nanti menjadi Presiden. Dan anehnya mereka sangat anti pada kritikan, bak seorang Nabi yang sempurna.

Sejak berakhirnya Pak Amien menduduki jabatan Ketua MPR, beliau lebih memusatkan diri pada pembinaan umat, beliau tidak berambisi lagi untuk dicalonkan kembali untuk bertarung di Pilpres. Pada bulan April tahun yang lalu saya diberikan kesempatan untuk sowan ke rumah beliau di Jogja, disela  obrolan dengan beliau saya coba menanyakan apakah beliau masih berminat untuk dicalonkan lagi dipilpres 2014 dengan bijak beliau menjawab saya ini sudah sepuh layaknya yang memimpin negeri ini kalangan muda yang punya visi kedepan untuk memangun negeri ini dan tidak jadi boneka asing. sebuah jawaban yang bijaksana yang keluar dari mulut manusia yang bijaksana pula.

Kini ada hingar bingar di Media Masa kalau Pak Amien mengkritisi kepempinan JOKOWI yang meninggalkan kewajiab dan seabrek pekerjaan di Solo. Mantan Walikota Solo, Jokowi yang sekarang ini sedang dielu-elukan oleh berbagai survey "jadi-jadian" yang menempatkan posisinya paling atas diantara semua kandidat capres, pasti membuat marah para fanatikusnya. Pasti tak menyangka, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meragukan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Bahkan mantan Ketua MPR, Amin Rais,  menilai kesuksesan yang disebut-sebut melekat dalam kepimimpinan Jokowi, begitu sang gubernur biasa disapa, hanya pencitraan belaka.


Kalau para pendukung JOKOWi sadar dan Nasionalis sejati tak perlu risau atau kebakaran jenggot, dinegara demokrasi yang namanya kritikan adalah hal wajar guna perbaikan kedepannya. Jangan merespon yang berlebihan. Logika sederhananya bisa disimpulkan bilamana dikritik semacam itu sudah emosional yang dikedepankan, bagaimana nanti kalau Mas Jokowi sudah jadi presiden, mungkin tengan besi dan tindakan refresif jilid II akan digunakan untuk membungkam lawan-lawan politiknya.

Dan saya yaikin seyakin yakin-yakinnya kalau Pak Amein melontarkan kritikan itu tidak semata hanya untuk mencari popularitas dan memenyudutkan serta membunuh karakter Jokowi, namun hanya untuk memberikan pemahaman politik kepada anak-anak bangsa, bahwa memilih pemimpin bukan ditentukan oleh popularitas yang dibentuk dan dibesarkan oleh media, namun harus berdasarkan trek recordnya dalam prilaku dan propesionalitas, keberpihakan pada kepentingan rakyatnya sendiri bukan jadi boneka asing sehingga harga diri dan kekayaan alam indonesia yang melimpah dikeruk habis-habisan oleh petingan asing. Wallahu A'lam     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun