Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Manusia pembelajar. Pemimpin bisnis. Membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Life Upgrade dengan Hijrah

19 Juli 2023   09:36 Diperbarui: 22 Juli 2023   09:30 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu Senin tanggal 27 September 622 M setelah menempuh jarak kurang lebih 522 km dari Mekkah, Sang Nabi tiba di Yatsrib. Hari itu penuh kebahagiaan. "Selamat datang wahai Nabi Allah ! Selamat datang wahai Nabi Allah !" Begitulah luapan kegembiraan yang diserukan berulang-ulang oleh penduduk yang tinggal di Yatsrib, baik dari kaum anshar (penduduk asli Yatsrib yang menolong/menerima hijrah kaum muslim dari Mekkah) maupun kaum muhajirin (penduduk asli Mekkah yang berpindah/bergerak ke Yatsrib). Upaya meninggalkan kebiadaban, membangun kehidupan yang berkeadaban dan peradaban kemanusiaan di mulai di kota ini. Rasa empati, tolong-menolong, kebersamaan, tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dalam menghadapi dinamika membangun peradaban menjadi semangat penduduk Yatsrib baik dari kaum muhajirin (urban) maupun anshar (pribumi). Perlu diketahui bahwa ada berbagai suku, agama dan ras di Yatsrib. Ada suku 'Aus, Khazraj, Quraiza, Nadhir, Qainuqa. Ada Nasrani, Yahudi, Majusi, Atheis dan Muslim yang semuanya hidup rukun. Nabi Muhammad SAW  melakukan politik tingkat tinggi "persatuan yatsrib" dengan mempersatukan semua suku, agama dan ras yang selama ini sekitar 120 tahun lamanya sering bertikai/berperang dalam sebuah konsensus yang disebut Mitsaq al-Madinah (Piagam Madinah).

Momentum hijrah Sang Nabi tersebut menjadi dasar penetapan awal tahun pada Kalender Hijriyah yang didasarkan atas perhitungan fase bulan/lunar/qomariyah dengan jumlah hari pertahunnya tetap 354 hari. Berbeda dengan kalender yang didasarkan atas perhitungan fase matahari/solar/syamsiyah dengan jumlah hari pertahunnya berkisar antara 354 hari sampai 384 hari. Gagasan menghitung waktu karena kita memerlukan ukuran. Kita memerlukan tonggak sejarah apakah kita akan maju, stagnant atau mundur sebagai manusia. Kata hijrah sendiri berasal dari akar kata hajara yang artinya 'perpindahan' atau 'pergerakan' dari satu tempat atau kondisi ke tempat atau kondisi lainnya menjadi lebih baik atau semakin baik.  Makna hijrah baik secara fisik (dzahiri) maupun secara non fisik (ma'nawi) adalah proses mengalami hidup semakin nikmat, semakin sadar dan semakin bermakna. Hidup itu sendiri adalah 'perpindahan' atau 'pergerakan' dari moment ke moment mengalami proses hidup sampai tugas (dharma/ibadah) kita selesai. Secara makrokosmos, bulan, planet-planet, matahari, bintang-bintang dan galaksi-galaksi semua mengalami hijrah, 'perpindahan' atau 'pergerakan'. Secara mikrokosmos, proton, elektron, neutron berikut gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah semuanya juga mengalami hijrah, 'perpindahan' atau 'pergerakan'. 'Perpindahan' atau 'pergerakan' hidup terus terjadi di semua aspek kehidupan.

https://www.bbc.co.uk/buildings and homes in the early islamic civilisation
https://www.bbc.co.uk/buildings and homes in the early islamic civilisation

Di tahun baru ini, apakah kita menyadari 'perpindahan' atau 'pergerakan' hidup kita? Apakah growth, fixed atau bahkan decrease sebagai manusia, sebagai lembaga atau perusahaan, sebagai bangsa maupun sebagai masyarakat dunia baik secara rohani maupun jasmani ? Dalam riset yang dilakukan oleh Dr Carol S. Dweck selama kurang lebih 20 tahun menyampaikan bahwa kesadaran/pandangan atas kehidupan kita mempengaruhi kehidupan kita. Karena kesadaran/pandangan kita akan menentukan bagaimana kita menjalani kehidupan. Kesadaran yang growth akan membuat hidup kita growth dan sebaliknya. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya menorehkan sejarah semangat kemanusiaan yang luar biasa. Ditengah kebiadaban yang dialami Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya baik itu dirampas harta bendanya, disiksa badan dan keluarganya, diusir dari tanah kelahirannya bahkan terus dibayangi ancaman dibunuh, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya tidak putus asa, tetap terus berjuang dan mengembangkan dirinya meski hasilnya belum kelihatan. Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya tidak menyalahkan diri sendiri, orang lain dan keadaan. Mereka semua bertanggungjawab atau konsekuensi dari keputusan hidup yang harus diambil ketika memilih jalan hidup Islam. Hidup masih akan terus berproses. 

Termasuk ketika sudah sampai di Yatsrib yang dikenal suku-sukunya sering bertikai/berperang selama kurang lebih 120 tahun lamanya, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya tidak melakukan justifikasi bahwa itu sudah jadi karakter penduduk Yatsrib yang tidak bisa dirubah. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya terus mengembangkan kesadaran/pandangan bahwa semua bisa berubah seperti fitrahnya kehidupan itu sendiri yang terus-menerus berubah (growth mindset). Terus belajar, memperbaiki dan membangun. Bahkan ketika peristiwa pembebasan kota Makkah (Fathu Mekkah), Nabi Muhammad SAW dan umat Islam sangat mudah membalas balik atas kebiadaban yang dilakukan terhadap mereka yang dirampas harta bendanya, disiksa badan dan keluarganya, diusir dari tanah kelahirannya bahkan terus dibayangi ancaman dibunuh, namun hal itu tidak dilakukan. Nabi Muhammad SAW lebih memilih jalan damai, memaafkan dan melakukan konsolidasi bersama. Mengapa ? Karena Beliau terus mengembangkan kesadaran/pandangan bahwa semua bisa berubah termasuk manusia seperti fitrahnya kehidupan itu sendiri yang terus-menerus berubah (growth mindset). Setelah 10 tahun membangun peradaban di Yatsrib, banyak pertumbuhan luar biasa  baik secara kualitas sumber daya manusia, ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan. Kemudian nama Yatsrib dirubah oleh Nabi Muhammad SAW menjadi al Madinah al Munawwarah (Peradaban Cahaya). Dari momentum hijrah ini Islam memancarkan cahayanya ke seluruh dunia. Namun cahaya Islam ini banyak tertutup/ternoda oleh perilaku umat Islam yang tidak mencerminkan Islam itu sendiri dengan mindset, sikap, karakter, perilaku dan akhlak yang buruk.

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail, Tafsir Alquran al-Adziim, Dar Alamiah, 774 H (QS 2 : 218)

Hitti, Philip Khuri.  History of the Arabs, Revised: 10th Edition, Red Globe Press; 10th edition, September 6, 2002 

Lings, Martin. Muhammad : His Life Based on the Earliest Sourcess. The Islamic Texts Society, 1991

Santosoputro, Adji, Mengheningkan Cinta, Bentang Pustaka, 2020

Dweck, Carol S., Mindset: The New Psychology of Success, Random House (February 28, 2006) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun