Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Indonesia Tidak Butuh Ramalan !

25 Desember 2022   13:31 Diperbarui: 8 Januari 2023   06:46 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Ramalan hanyalah kemungkinan. Faktanya banyak ramalan tidak nyata dan tidak memberdayakan. Kita sebenarnya tidak membutuhkan ramalan. Nasib kita di masa depan ditentukan oleh beliefs, values, asumsi, script, mindset, behaviour, karakter, kompetensi, action, grit, habits yang kita bangun setiap hari. Indonesia tidak butuh ramalan. Indonesia butuh manusia yang bertanggungjawab dan melakukan usaha terbaik menghadapi situasi apapun. The best way to predict the future is to create it. Masa depan kita ditentukan oleh beliefs, values, asumsi, script, mindset, behaviour, karakter, kompetensi, action, grit dan habits kita here and now. Respon yang paling baik terhadap masa depan kita adalah kita bertanggungjawab sepenuhnya. Baik buruknya nasib bangsa kita ditentukan oleh tanggungjawab bangsa kita sendiri. Tuhan tidak akan merubah nasib kita, bila kita tidak merubah apa yang ada di dalam diri kita tersebut. Apa yang ada di dalam diri kita adalah beliefs, values, asumsi, script, mindset, behaviour, karakter, kompetensi, action, grit dan habits kita. Untuk merubah nasib bangsa kita maka kita sebagai bangsa harus berubah kepada beliefs, values, asumsi, script, mindset, behaviour, karakter, kompetensi, action, grit dan habits yang memberdayakan. Ramalan negatif seringkali menjadi racun dan tidak memberdayakan. Ramalan positif seringkali me"ninabobo"kan, membuat lalai dan juga membuat jadi tidak bertanggungjawab. 

Bahkan ketika krisis terjadi kita harus berani menghadapi dan bertanggungjawab menyelesaikan krisis tersebut. Indonesia sudah mengalami kolonialisme, krisis kepemimpinan, krisis moneter, covid 19 pandemic, krisis finansial global dan semuanya berlalu. Semua itu tidak berjalan selamanya dan sampai sekarang overall baik-baik saja. Justru semua krisis itu membuat kita semakin solid, bangkit lebih kuat dan semakin tangguh. Faktanya orang-orang yang memberikan respon positif dan bertanggungjawab terhadap hidupnya justru melejit di saat krisis. Berapa banyak kita dapati orang kaya baru yang muncul akibat krisis. Tanggungjawab dan respon baik terhadap krisis justru menjadikannya semakin sukses dengan menemukan banyak peluang. Seperti kejadian hujan, faktanya sama namun tanggungjawab dan respon orang bisa berbeda-beda. Banyak yang menyalahkan hujan bahkan menyalahkan Tuhan dengan menganggapnya sebagai penghambat bahkan bencana. Namun tidak sedikit orang yang bertanggungjawab dan memberikan respon baik terhadap adanya hujan menganggap hujan adalah anugerah Tuhan bagi bumi. Mereka melakukan aksi nyata dengan membuat rain water harvesting yang siap dipanen untuk berbagai tujuan seperti pertanian mikro, vertical garden, mencuci, memasak bahkan untuk minuman sehari-hari setelah dilakukan proses sterilisasi tertentu. Hidup ini pilihan kita memilih menjadi korban dengan banyak alasan atau menjadi master atas segala situasi kehidupan? Kita mau menjadi budak situasi dunia atau menjadi majikan dunia dengan segala situasinya ?

Kehidupan ini permainan energi. Siapa yang bertanggungjawab dan memberikan respon baik akan mendapatkan timbal balik yang baik. Siapa yang tidak bertanggungjawab dan memberikan respon buruk akan mendapatkan timbal balik yang buruk. Seperti halnya contoh hujan di atas hakekatnya semua kejadian alam adalah netral. Itu tergantung kepada beliefs, values, asumsi, script, mindset, behaviour, karakter, kompetensi, action, grit dan habits dalam meresponnya. Saat kita ikhlas atas apapun kejadian yang menimpa kita, selalu bersyukur, dengan segala daya upaya terus bekerja dan berusaha sepenuh hati, sepenuh cinta serta melakukan tugas kepemimpinan dan manajemen hidup dengan baik maka sebenarnya kita bermain di level energi tinggi. Energi tinggi dan baik akan bisa mempengaruhi alam semesta menjadi high value dan baik. Sebaliknya saat kita rendah diri, putus asa, banyak mengeluh, bersedih hati, malas, berprasangka buruk, menyalahkan Tuhan dan menyalahkan sana-sini maka sebenarnya kita bermain di level energi rendah. Energi rendah dan buruk akan mudah digilas semesta menjadi netral.

Jiwa yang bertanggungjawab adalah jiwa dengan energi yang kuat. Jiwa yang bertanggungjawab memiliki energi tinggi serta sangat dekat dengan yang Maha Tinggi dan Maha Kuat. Ketika kekuatan jiwa ini juga disandarkan kepada Tuhan yang Maha Kuat dan Maha Tinggi maka menjadi kekuatan yang tidak terbatas dalam menghadapi situasi apapun. Kekuatan jiwa bertanggungjawab yang disandarkan kepada Tuhan akan menghapus semua ramalan-ramalan buruk, membabat habis semua primbon-primbon nasib yang menyesatkan, serta membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jangan berpikir dan mendiskusikan ramalan-ramalan buruk, karena semakin kita pikirkan dan semakin kita diskusikan energinya semakin besar. Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta ini dalam kemurnian, kebaikan, kedamaian, keindahan dan kebahagiaan. Kemurnian, kebaikan, kedamaian, keindahan dan kebahagiaan adalah defaultnya manusia dan alam semesta. Jika ada ramalan-ramalan buruk maka jaga dan bangun sebuah pikiran, perasaan, vibrasi, frekuensi dan energi tetap murni, baik, damai, indah dan bahagia. Walaupun situasi dunia dipenuhi ramalan buruk, kita wajib terus memancarkan ke alam semesta pikiran, perasaan, vibrasi, frekuensi dan energi yang murni, baik, damai, indah dan bahagia. Sehingga pancaran kebaikan tersebut menjadi bersifat kolektif dan semakin kuat mulai dari diri kita, keluarga kita, komunitas kita, masyarakat kita, bangsa kita Indonesia hingga seluruh makhluk di alam semesta ini. Dengan demikian segala dinamika hidup akan membuat kita semakin murni, semakin baik, semakin damai, semakin indah dan semakin bahagia.

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 13 : 11; QS 6 : 59; QS 27 : 65; QS 65 : 3; QS 11 : 88; QS 6 : 97; QS 16 : 15; QS 13 : 11; QS 72 : 8-10; QS 72 : 26-27; QS 67 : 5; QS 37 : 6)

Muslim, Abul Husain bin al-Hajjaj al-Naisaburi, (204H/821M-261H/875M) "Shahih Muslim" (Al-Musnad Ash-Shahih), Dar-us-Salam Publications Inc; 1st edition (June 1, 2007) (HR. Muslim no. 537, 2230)

Al Fauzan, Syaikh Shalih.  At Tauhid, Darul Qasim, Hlm. 30-31, Cet. 2, Th. 1421H/2000 M.

Al 'Utsaimin, Syaikh . Al Qaulul Mufid 'Ala Kitab At Tauhid (2/49, 102-103). Darul 'Ashimah, Cet. 1, Th. 1415 H.

Al Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya Ulumuddin, Almaktaba Alassrya (January 1, 2011)

Shivani, Sister, Suresh Oberoi, Happiness Unlimited, Pentagon Press (30 June 2015) 

Goddard, Neville, The Law and Other Essays on Manifestation, General Press; First edition (20 September 2019)

Lincoln, Abraham., The Autobiography of Abraham Lincoln, Forgotten Books (19 April 2018) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun