Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Hakikat Bisnis (Bagian Pertama)

7 November 2022   08:18 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:32 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Pada suatu hari, Khadijah meminta Muhammad untuk memperdagangkan bisnisnya ke Suriah. Khadijah adalah salah seorang saudagar wanita terkaya di Mekah. Dia telah dua kali menikah. Sejak kematian suami keduanya, dia mengangkat orang untuk memperdagangkan bisnisnya. Saat itu Muhammad telah melewati usianya yang kedua puluh dan belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Khadijah adalah putri Khuwaylid dari suku Asad, sepupu jauh dari anak-anak Hasyim (Bani Hasyim). Khadijah telah mendengar tentang kabaikan Muhammad yang bersumber dari keluarganya. Dan untuk rencana perjalanan bisnis Muhammad tersebut, Khadijah menawarinya bantuan seorang budaknya bernama Maysarah. Muhammad pun menerima tawarannya. Dengan ditemani budak itu, ia berangkat membawa barang dagangan Khadijah menuju Suriah. Muhammad telah dikenal penjuru Mekah sebagai Al-Amin, orang yang terpercaya, dapat diandalkan dan jujur. Kabar ini berasal dari laporan orang-orang yang telah beberapa kali mempercayakan barang dagangan mereka kepadanya. Setibanya kembali di Mekah, Muhammad dan Maysarah menuju rumah Khadijah. Dari hasil perjalanan bisnis itu, walaupun Muhammad berperilaku jujur dalam berdagang, namun ia telah sukses menjual seluruh barang dagangannya dan menghasilkan keuntungan hampir dua kali lipat yang sebagiannya dipakai "kulakan" barang-barang yang mereka beli di pasar Suriah untuk dijual di pasar Mekah. 

Dari kisah kejujuran Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis, barangkali kita bertanya, apakah mungkin berbisnis dengan jujur dan menghasilkan keuntungan berlipat? Di tengah persaingan bisnis yang ketat. Di tengah banyaknya pebisnis berlomba-lomba agar bisnisnya untung (profit) dan kapital (asset)nya semakin besar yang nyaris menghalalkan segala cara. 

Bila kita memposisikan sebagai customer, client atau pembeli, maka produk dan/atau jasa mana yang kita pilih dengan kualitas yang hampir sama ? Dari bisnis atau penjual mana kita memutuskan untuk membeli secara tetap (permanent) ? Sejujurnya bila kita memposisikan sebagai customer, client atau pembeli kita akan memilih bisnis atau penjual yang bersih, jujur dan memiliki kredibilitas tinggi. 

Dengan berperilaku sebagai penjual yang bersih, jujur dan memiliki kredibiltas tinggi mungkin saat tertentu tidak ada hasilnya, tidak ada uang yang kita bawa pulang. Namun dengan berperilaku bersih, jujur dan memiliki kredibiltas tinggi kita telah berhasil menjalani hidup yang baik dan benar. Dengan berperilaku bersih, jujur dan memiliki kredibiltas tinggi kita telah membawa pulang kebaikan. Di waktu yang tepat alam semesta akan menjalankan hukum keseimbangannya. Hukum keseimbangan yang seadil-adilnya, yang tidak bisa dimanipulasi ataupun dikadali. Kejujuran dan kebaikan adalah investasi yang tidak pernah gagal. Kebaikan berbuah kebaikan, keburukan berbuah keburukan.

Kita para perbisnis atau penjual sering takut dengan kerugian. Bagaimana kalau tidak laku dan mengalami kerugian? Apakah kalau produk dan/atau jasa kita belum terjual, bahkan rugi kita harus berperilaku kotor, menipu orang dan merugikan orang lain serta lingkungan? Faktanya banyak orang memiliki segalanya, tetapi tidak memiliki kenikmatan, kesehatan, kebahagiaan, cinta dan kebermaknaan hidup. Uang memang bisa membeli makanan di restoran mewah, namun bukan kenikmatan. Uang memang bisa membeli ranjang mewah, namun bukan tidur nyenyak. Uang memang bisa membeli segalanya, namun bukan kebahagiaan, cinta dan kebermaknaan hidup.

Darimana datangnya kenikmatan, kesehatan, kebahagiaan, cinta dan kebermaknaan hidup? Hati yang bersih, jujur dan memiliki kredibilitas tinggi adalah pondasi kenikmatan, kesehatan, kebahagiaan, cinta dan kebermaknaan hidup. Tanpanya kita hanya akan mengalami pengalaman fisik secara eksternal, namun tidak kebahagiaan jiwa secara internal. Hampir semua gangguan jiwa (mental illness) berakar pada kebersihan, kejujuran dan kredibillitas diri. Keberhasilan bisnis tanpa hati yang bersih, jujur dan kredibilitas tidak bisa disebut sukses. Sukses terjadi saat kita bisa menikmati proses (flow) nya dan mengalami kenikmatan, kesehatan, kebahagiaan, cinta serta kebermaknaan hidup. Dan salah satu dampaknya adalah keberlimpahan materi/fisik.

Bisnis hakikatnya adalah pertukaran energi. Bisnis bahkan sebelum memikirkan keuntungan kita, kita memikirkan keuntungan orang lain. Bila kita memberikan produk dan/atau jasa yang merugikan dan tidak membahagiakan orang lain serta lingkungan maka sebagai timbal baliknya adalah cepat atau lambat kita tidak bahagia dan akan mengalami kerugian hingga tutupnya perusahaan. Bayangkan jika kita telah menjual produk dan/atau jasa kepada customer, client atau pembeli. Dan setiap hari dalam waktu tertentu mereka menggunakan produk dan/atau jasa kita. Dan setiap hari pula mereka kecewa, merasa dirugikan dan menderita. Maka energi buruk berupa kekecewaan, kerugian dan penderitaan itu terus terkirim (sent) kepada kita sebagai penjualnya. Maka bisa dibayangkan bila kita terus dikirimi energi buruk maka diri kita dan bisnis kita akan penuh dengan keburukan. Bayangkan jika kita telah menjual produk dan/atau jasa kepada customer, client atau pembeli. Dan setiap hari dalam waktu tertentu mereka menggunakan produk dan/atau jasa kita. Dan setiap hari pula mereka puas, merasa diuntungkan dan bahagia. Maka energi baik berupa kepuasan, keuntungan dan kebahagiaan itu terus terkirim  (sent) kepada kita sebagai penjualnya. Maka bisa dibayangkan bila kita terus dikirimi energi baik maka diri kita dan bisnis kita akan penuh dengan kebaikan. Inilah yang disebut keberkahan (blessing). 

Bersambung...

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 9 : 119; QS 47 : 21)

Lings, Martin (Abu Bakr Siraj Al Din), Muhammad : His Life Based on the Earliest Sources, The Islamic Text Society, Cetakan IV, 1991

Al-Khushan, Muab ibn Muammad Ab Dharr, Shar al-Srah al-Nabawyah (v.1 & v.2): Riwyat Ibn Hishm, University of California Libraries (January 1, 1923) 

Szasz TS. The Myth of Mental Illness: Foundations of a Theory of Personal Conduct. Secker & Warburg, 1962.

Dirac, Paul A.M., The Principles of Quantum Mechanics, www.snowballpublishing.com (January 8, 2013) 

Saxby, Elliott. Masculine and Feminine Polarity Work: A Guide to Navigate Polarity, Duality, and Your Own Evolution, CH - Charter House Publications (September 2, 2019)

McGregor, Creed, Universal Laws: Unlocking the Secrets of the Universe: 7 Natural Laws of the Universe, CreateSpace Independent Publishing Platform (February 22, 2016) 

Milanovich, Dr. Norma J., Dr. Shirley McCune., The Light Shall Set You Free, Athena Publishing; Reprint edition (October 25, 1996) 

Longmore, Jennifer Longmore., 88 Universal Laws, CreateSpace Independent Publishing Platform (June 12, 2015) 

Angelheart, Anne E., Twelve Universal Laws: The Truth That Will Transform Your Life, Balboa Press (July 31, 2007) 

Singh, Manhardeep Singh., 12 Laws of the Universe, Independently published (October 20, 2021) 

Randazzo, Dottie., 442 Cosmic & Universal Laws,  lulu.com (May 14, 2012) 

Tesla, Nikola., The Problem of Increasing Human Energy: With Special Reference to the Harnessing of the Sun's Energy, Cosimo Classics (January 1, 2008) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun