Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Manusia pembelajar. Pemimpin bisnis. Membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Light of "Sholat" (Bagian Kelima, Habis)

30 Oktober 2022   17:17 Diperbarui: 26 November 2023   10:30 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Surat Al Fatihah dibaca dengan tenang (tuma'ninah) untuk mendengarkan "Suara Tuhan", menyaksikan tanda-tanda (ayat-ayat) Nya di alam semesta. Surat Al Fatihah dibaca sebagai pilar-pilar yang menjaga pikiran dan perasaan kita melompat kesana kemari (monkey mind/feeling). Ayat pertama Surat Al Fatihah membawa kita kepada ikhlas yang bermakna al-khuluus min as-syawaa'ib, murni/jernih tidak terkontaminasi dengan sesuatu dari luar. Menyerahkan segalanya kepada Allah. Sejatinya yang wujud dalam segalanya hanyalah Allah. Allah yang memancarkan ar-rahman dan ar-rahiim, yang memancarkan kasih dan sayang, yang memancarkan keberlimpahan (abundance) dan cinta (love). Ayat kedua Surat Al Fatihah membawa kita kepada syukur yang bermakna "membuka/menerima/fulfilment" yang merupakan lawan dari kata kafara artinya "menutup/menuntut/hampa". Syukur artinya mengakui/membuka diri atas adanya nikmat. Syukur juga berarti menerima/berterimakasih/merasa fulfilment atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah. Sejatinya syukur adalah fulfilment dengan Allah, fulfilment dengan ar-rahman dan ar-rahiim, fulfilment dengan kasih dan sayang, fulfilment dengan keberlimpahan (abundance) dan cinta (love) serta mendayagunakan segala karunia hidup untuk Allah. Ayat ketiga Surat Al Fatihah membawa kita kepada ar-rahman dan ar-rahiim, kasih dan sayang, keberlimpahan (abundance) dan cinta (love). Jangan ada di hati kecuali Allah. Jangan ada di hati kebencian dan scarcity mental. Jangan ada di hati kecuali ar-rahman dan ar-rahiim, kasih dan sayang serta keberlimpahan (abundance) dan cinta (love).  Sejatinya  ar-rahman dan ar-rahiim adalah terus memancarkan Allah. Terus memancarkan kasih dan sayang. Terus memancarkan keberlimpahan (abundance) dan cinta (love). Ayat keempat Surat Al Fatihah membawa kita kepada kepemimpinan yang bermakna set Allah in our heart and organize life around it. Mengendalikan nafas, pikiran, energi, emosi dan tubuh kita di sini dan pada hari ini (present moment) sepenuhnya karena Allah, bersama Allah dan untuk Allah.

Ibarat sebuah pohon, ayat pertama sampai ayat keempat adalah akarnya. Ayat kelima dan keenam adalah tiang/batang pohonnya. Ayat ketujuh adalah daun dan buahnya. Ayat kelima Surat Al Fatihah membawa kita kepada pengabdian yang bermakna pikiran, energi, emosi dan tubuh totalitas tenggelam (flow) mencapai batas maksimalnya untuk melakukan/memberikan sesuatu yang bernilai dan jauh lebih besar dari diri sendiri. Kita bisa mengabdi kepada harta, jabatan, ilmu, popularitas, guru, organisasi, pemerintah atau perusahaan, bangsa dan negara serta umat manusia. Namun mana sasaran pengabdian yang lebih besar, lebih abadi, lebih hakiki dan lebih bisa diandalkan selain daripada Allah? Ayat keenam Surat Al Fatihah membawa kita kepada pembelajaran yang bermakna senantiasa memperbaiki diri (continuous improvement) dan memperbarui diri selaras dengan alam semesta (long life learning). Pembelajaran menyempurnakan akar (beliefs and values set) kita. Pembelajaran menyempurnakan pengabdian kita. Ayat ketujuh Surat Al Fatihah membawa kita kepada kenikmatan, kesadaran dan kebermaknaan hidup. Ini adalah puncak (buah dan daun) dari aktivitas pengabdian dan pembelajaran yang didasari ikhlas, syukur, kasih sayang dan kepemimpinan.  

Dalam menempuh jalan penghormatan/ketundukan/kepatuhan/ketaatan/keselarasan (aslama), perlu keseimbangan. Keseimbangan ini bisa dicapai dengan kepemimpinan (leadership) yang baik. Yakni menempa diri, mengoptimalkan potensi dan mengerahkan segala daya upaya untuk memberikan penghormatan/ketundukan/kepatuhan/ketaatan kepada Allah dan memberikan kebaikan (blessing others/great value/subhaana robbiyal adziim) ke semesta alam. Sama seperti halnya sholat, penghormatan/ketundukan/kepatuhan/ketaatan/keselarasan (aslama) tersebut di ekspresikan dengan posisi the half forward bend pose (ruku'). Dalam posisi ruku' ini pokok (rukun) yang dilakukan adalah menundukkan diri dalam posisi the half forward bend dengan tenang (tuma'ninah) dan berdiri peralihan antara the half forward bend pose (ruku') dan posisi sujud (sijdah) untuk keseimbangan (i'tidal) dengan tenang (tuma'ninah). Inti vibrasi, frekuensi dan energi yang dipancarkan dalam mengekspresikan penghormatan/ketundukan/kepatuhan/ketaatan/keselarasan (aslama) ini adalah tasbih, tahmid dan takbir (i'am sorry, forgive me, thank you, i love you)

Dalam menempuh jalan penyerahan keterbatasan diri, optimalisasi diri (istaslama), diperlukan penyucian diri (detoxification), tidak menyalahkan segala sesuatu di luar diri namun mengambil tanggung jawab sepenuhnya. Melakukan pertaubatan, menjalani hidup yang baik dan benar. Membersihkan diri dari kemiskinan (scarcity) dan kebencian (hatred) serta memancarkan keberlimpahan (abundance) dan cinta (love) kepada sesama makluk di seluruh penjuru alam semesta. Sama seperti halnya sholat, penyerahan diri (istaslama) tersebut di ekspresikan dengan sujud (sijdah). Dalam posisi sujud (sijdah) ini, pokok (rukun) yang dilakukan adalah sujud dua kali dalam satu putaran/rokaat (rak'ah) dengan tenang (tuma'ninah) dan duduk pembuka di antara dua sujud (iftirasy) dengan tenang (tuma'ninah). Inti vibrasi, frekuensi dan energi yang dipancarkan dalam mengekspresikan penyerahan diri (istaslama) ini adalah tasbih, tahmid dan takbir serta istighfar. Di posisi sujud (sijdah) ini adalah posisi yang paling dekat dengan Allah. Puncak pelepasan kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu ada di posisi sujud (sijdah) dimana kita menundukkan dan menyerahkan ego, keinginan dan hawa nafsu di dalam diri serendah-rendahnya hingga berada dalam kondisi medan titik nol (zero quantum field). Diri rasanya sangat kecil hingga fana/sirna. Kita menjadi no thing, no body, no one, no time, no where. Semuanya sudah hilang. Semuanya sudah tidak ada. Kita bukan apa-apa. Kita bukanlah tubuh kita. Kita bukan siapa-siapa. Kita bukanlah nama kita. Kita bukanlah pekerjaan/karir kita. Kita bukanlah bisnis kita. Kita bukanlah status dan jabatan kita. Kita bukanlah kekayaan kita. Kita sejatinya tidak ada. Kita tidak tahu apa-apa. Kapanpun dan dimanapun. Semua nama, ilmu, pekerjaan/karir, bisnis, pasangan, status, jabatan, kekayaan, kekuatan yang kita bangga-banggakan dan kita melekat dengannya, kayak nggak ada harganya. Semua kayak nggak ada artinya. Semuanya sudah hilang. Semuanya sudah nggak ada. Flow, masuk di medan kuantum, dimana ruang dan waktu sudah tidak eksis lagi. Lepas dari dualitas merisaukan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Lepas dari takut (khouf) dan sedih (huzn). Kita mengalami fana, kita lebur di dalam satu yang sejati, sumber segala realitas dan absolute. Kesadaran jiwa kita naik di level energi sangat tinggi (subhaana robbiyal a'la), ekspansi menjadi everything, everybody, everyone, everytime, everywhere. Menyatu dengan segalanya dan mengakses sumber segala realitas (one consciousness). Mengalami ekstasi pencerahan, ledakan suka cita, kedamaian, keikhlasan, rasa syukur, cinta kasih, rasa keberlimpahan serta hidayah seakan terus menyirami tubuh dan jiwa kita. Lepas dari dualitas ketakutan (khouf) dan kesedihan (huzn). 

Sejatinya Allah, "Diri yang Tinggi", satu eksistensi sejati, sumber segala realitas dan absolute, tidak perlu kita cari kemana-mana. Dia ada di dalam diri kita sendiri. Sebenarnya semua di alam semesta ini adalah perwujudan Allah. Alam adalah ungkapan empirisNya yang berbeda dalam segala hal. Artinya Dia immanent sekaligus transendent. KeberadaanNya tidak bergantung pada alam semesta yang terbatas dalam ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun meresapi apa pun yang ada. Tak ada tempat di dunia ini di mana tidak ada kehadiranNya di situ. Inilah pusat energi kita yang perlu kita rawat dengan sholat. Sejatinya true of our self diri kita adalah percikan Tuhan. Sejatinya kita adalah kesadaran dan energi yang memiliki sifat asli/alami Tuhan yaitu kemurnian, keikhlasan, kedamaian, kepenuhan, kekuatan, penuh kasih sayang, penuh keberlimpahan dan cinta,  keseimbangan dan kebahagiaan. Sholat adalah technology of wellbeing untuk mengungkap kembali sifat asli dan alami diri kita dalam setiap aktivitas dan interaksi di kehidupan. Sholat mendongkrak pusaran energi kita dari pusaran energi rendah (force) ke pusaran energi tinggi (power). Sholat mempurifikasi hidup kita lepas dari dualitas ketakutan (khouf) dan kesedihan (huzn) serta segala derivatifnya. Mengalami ekstasi pencerahan, ledakan suka cita, kedamaian, keikhlasan, rasa syukur, cinta kasih, rasa keberlimpahan, pengabdian dan hidayah yang seakan terus menyirami, membersihkan dan mempurifikasi tubuh dan jiwa kita. Sholat adalah ritual ibadah "pilar penyangga" yang menjaga pancaran energi murni dan tinggi dari Tuhan tersebut dalam setiap aktivitas dan interaksi dalam kehidupan.

Bila sholat tersebut 3 rokaat (rak'ah) atau 4 rokaat (rak'ah), setiap menyelesaikan 2 rokaat (rak'ah) atau 2 putaran diselingi dengan duduk soft closing (tasyahud/tahiyat awal). Bila sholat tersebut 2 rokaat (rak'ah) setelah menyelesaikan 2 rokaat (rak'ah) langsung ditutup dengan duduk penutup (tawaruk) sebagai soft closing (tasyahud/tahiyat akhir). Inti vibrasi, frekuensi dan energi yang dipancarkan dalam tasyahud/tahiyat adalah loving God, blessing others serta kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Kesaksian bahwa tidak ada tujuan selain Allah. Posisi tasyahud/tahiyat adalah posisi persaksian. Menyaksikan bahwa tidak ada yang lebih pantas untuk diprioritaskan selain Dia yang Sejati. Kesaksian bahwa tidak ada yang lebih dicintai selain Dia yang Hakiki. Kesaksian bahwa semua yang dilihat, didengar, dirasa dalam panca indera maupun hati hanya Dia, Satu Eksistensi Sejati. Selanjutnya kesaksian bahwa Nabi Muhammad SAW /Nur Muhammad/Kesadaran Murni adalah utusanNya yang memiliki vibrasi, frekuensi yang sangat tinggi dan energi yang sangat kuat. Dan kita perlu menyetel vibrasi, frekuensi dan energi kita selaras dengannya untuk bisa mengaksesNya. Grand closing dari sholat di akhiri dengan gerakan dan ucapan keselamatan, kenikmatan, kesadaran, kebajikan, kebahagiaan dan kebermaknaan hidup dengan menoleh dengan tenang (tuma'ninah) ke kanan satu kali dan menoleh ke kiri satu kali serta menebarkannya ke seluruh penjuru alam semesta (salam/blessing others). Puncak spiritual bukanlah memperoleh kesaktian. Puncak spiritual bukanlah bertemu makhluk yang aneh-aneh. Puncak spiritual bukanlah mengalami pemandangan yang aneh-aneh. Puncak spiritual adalah diri kita terlahir kembali menjadi true of our self diri kita, yaitu daya Tuhan/citra Allah yang memiliki sifat utama welas asih, pengasih dan penyayang, ar-rohman (abundance) dan ar-rohiim (love) serta terus menjaga pancaran energi murni dan tinggi dari Tuhan tersebut dalam setiap aktivitas dan interaksi kehidupan, memberi kemanfaatan/kebaikan bagi sesama/alam semesta (salam/blessing others).

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail (701-774 H), Tafsir Alquran al-Adziim, Dar Alamiah. QS 1 : 7; QS 13 : 15; QS 41 : 11; QS 3 : 83; QS 21 : 109; QS 12 : 101; QS 3 : 52; QS 3 : 19, 85; QS 13 : 15; QS 41 : 11; QS 3 : 83. 

Ford, B. Q. & Mauss, I. B. (2014). The paradoxical effects of pursuing positive emotion: When and why wanting to feel happy backfires. In J. Gruber and J. Moskowitz (Eds.) Positive Emotion: Integrating the Light Sides and Dark Sides (pp. 363-381). Oxford University Press

An-Nawawi, Yahya bin Syarf , Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Dar Ibnu Hazm, 1433 H. 

Al Albani, Muhammad Nasiruddeen.,The Prophet's Prayer As Though You See It, CreateSpace Independent Publishing Platform (September 26, 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun