Tujuan hidup juga bukanlah tentang menjadi siapa dan memiliki apa. Tujuan hidup juga bukan tentang harta, tahta dan popularitas serta petualangan dengan pernik-pernik dunia fisik fana yang tiada habisnya. Tujuan hidup juga bukan untuk mengejar kebahagiaan. Dalam penelitian Brett Q Ford atas orang yang mengejar kebahagiaan justru paradoks mengalami sabaliknya yakni ketidakbahagiaan. Tujuan hidup adalah tentang "mengapa", .... mengapa kita berada di sini, sekarang. Tujuan kita berada di sini sekarang adalah untuk hidup itu sendiri. Apa makna atas cerita hidup yang telah kita torehkan di dunia ini.Â
Puncak dan inti semua aktivitas kita adalah loving God, blessing others. Puncak dan inti semua tujuan kita adalah menuju pada Satu yang Sejati yaitu Allah serta memberikan kebaikan/kemanfaatan bagi semesta alam. Apapun aktivitas kita baik itu to live, to learn, to love and to leave a legacy sesuai uniqueness kita sejatinya berada dalam kerangka loving God, blessing others. Nikmati, sadari dan jalani aktivitas kita baik itu to live, to learn, to love and to leave a legacy secara bermakna penuh kebaikan, maka kebahagiaan adalah efeknya. Seperti seorang anak yang menikmati setiap proses kehidupan atas apapun aktivitas yang dilakukannya entah itu belajar, bermain, bergaul, bekerja, berusaha atau berkarya. Seperti seorang anak yang kehadirannya saja tanpa tujuan apapun dengan semua derivatifnya seperti resolusi, cita-cita, impian, visi, misi, target sudah membuat hidup indah, berarti dan mendalam.
Selanjutnya apakah jika kita tidak membuat tujuan hidup dengan semua derivatifnya seperti resolusi, cita-cita, impian, visi, misi, target, kita tidak akan melakukan apapun? Tidak benar ! Bagaimanapun sifat manusia sebagaimana makhluk hidup lainnya adalah bergerak, melakukan sesuatu. Semua makhluk di alam semesta ini, semut, kucing, burung, anjing, kera, ayam, ikan, air, bumi, matahari melakukan sesuatu walaupun tidak ada tujuan hidup. Semua makhluk hidup melakukan sesuatu sesuai peran dan kapabilitas terbaik dirinya masing-masing. Ingat dalam hukum alam, kita tidak menarik apa yang kita inginkan, tetapi kita menarik siapa diri kita. We do not attract what we want, but what we are. Fokus pada peningkatan kapabilitas diri, karakter, kompetensi serta tabungan kebaikan ke seluruh makhluk di alam semesta melebihi cita-cita, impian, tujuan, visi, misi, target dan harapan.Â
Sungguh sangat konyol, menyuruh ikan untuk memanjat pohon, menuntut kera untuk berenang atau mengharapkan katak untuk terbang. Setiap individu itu unik. Hidup akan berjalan sesuai dengan fitrah/naturenya, sesuai kapabilitas dirinya masing-masing, tidak harus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bisa jadi kita mengalami hal yang jauh lebih sempurna dibandingkan memperturutkan ego untuk terpenuhinya keinginan kita. Keinginan sebenarnya adalah tanda kekurangan. Bila hidup ini harus sesuai keinginan kita, maka hancur kehidupan ini. Karena sebenarnya diri kita ini tidak tau apa-apa tentang kehidupan, kecuali hanya secuil. Semesta Ketuhanan jauh lebih cerdas. Biarkan semua berjalan sesuai rancangan agung semesta. Setiap orang akan menemukan jalan hidupnya masing-masing. Tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, atau membanding-bandingkan orang satu sama lain. Kita tidak pernah tau proses apa yang dilewati setiap individu. Maka nikmatilah proses hidup ini. Hidup sepenuh hati, here and now. Inilah yang penting !
Jim Collins dalam penelitiannya selama lebih dari 30 tahun (1965 – 1995) yang disampaikan dalam "Good to Great" terhadap 1435 perusahaan mendapati hanya 11 perusahaan yang menjadi great, mempunyai 3 kali pertumbuhan dibanding market selama 15 tahun. Artinya apabila investor menginvestasikan 1 USD pada 11 perusahaan tadi di tahun 1965, maka nilai saham satu dolar ini akan menjadi 471 USD di tahun 2000, atau mengalami kenaikan 471 kali lipat. Sedangkan rata-rata market hanya naik 56 kali lipat. Jim Collins menunjukkan bahwa untuk membangun perusahaan yang great, tujuan perusahaan dengan semua derivatifnya seperti visi, misi, target dan seterusnya tidak terlalu diperlukan. Arah hidup ataupun arah perusahaan akan terbentuk seiring dengan peningkatan kapabilitas diri, kapabilitas team atau kapabilitas perusahaan. Be the best version of your self ! Yang paling penting dan paling awal diperlukan adalah membangun team yang disiplin. Yang bisa bersinergi dengan kapabilitas terbaik masing-masing person.  Tanpa memberdayakan diri dan team serta meningkatkan kapabilitas, kemudian kita melemparkan tujuan, ini adalah logical fallacy yang sangat fundamental. Ujung-ujungnya harapan kosong atau panjang angan-angan yang itu akan menyiksa jiwa manusia dan meruntuhkan integritas diri.
Referensi :
Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 51 : 56) (QS 3 : 102) (QS 1 : 7)