Musibah Kematian Yang Pasti Datang.
Kalau dihitung sudah berapa banyak orang yang kita kenal, yang sudah menemui ajalnya, atau sudah sampai pada batas waktu, dimana dia harus meninggalkan dunia ini.
Entah itu keluarga yang kita cintai, Ayah, Ibu, suami, istri, anak, sanak saudara, tetangga, teman sekolah atau teman kerja.
Itulah musibah yang hakiki, dimana kematian telah memutus kesenangan atau nikmat dunia yang selama ini dirasakan oleh manusia.
Dan sudah menjadi kebiasaan, tentang berita duka tersebut, selalu terdengar dikampung-kampung, pemberitahuan melalui Toa Masjid atau Surau, yang didahului dengan kalimat istirja, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Kematian yang tidak pernah berdamai dengan umur manusia, ada yang masih muda, ada yang setengah tua, ada yang sudah sangat tua, bahkan ada yang masih anak-anak. Mau tidak mau, bila sudah saatnya pasti akan menghadap sang Khalik.
Kematian itu datangnya tidak bisa ditunda, dan juga tidak bisa dipercepat, waktunya sudah ditentukan, dan manusia dalam takdirnya, sadar atau tidak sadar, dia akan mendatangi tempat, dimana dia akan menemui ajalnya.
Karena takdir atau ketetapan seluruh mahluk, sudah dituliskan oleh Allah dikitab Lauhil Mahfudz 50.000 tahun sebelum langit dan bumi ini diciptakan.
Dan seluruh mahkluk tidak bisa mengindar dari ketetapan ini.
Tidakah kita memgambil pelajaran, dari salah satu sahabat Nabi salallahu alaihi wasallam yang zuhud, yaitu Abu Hurairah radiallahu anhu, ketika beliau mengetahui saat ajal sudah datang mendekat, beliau menangis.
Ketika ditanya, "Apa yang membuat Anda menangis?"
Beliau menjawab, "Aku tidak menangisi dunia, akan tetapi aku menangis karena jauhnya perjalananku, dan minimnya perbekalanku. Sesungguhnya pagi ini, aku melihat dan merasakan naik turun ke Surga dan Neraka, aku tidak tahu kemana aku akan ditarik, Surgakah atau Neraka?"