Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dia Yang Ku Maafkan (Bagian 3)

20 Juni 2023   15:06 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:10 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalah arti senang atau cinta dengan seseorang,  kalau tidak ada tindakan nyata untuk berani mengatakannya, hanya imajinasi liar yang menghantui seperti bayang-bayang hitam.

Dan aku tahu, bayang-bayang ini bisa menjadi penyakit. Penyakit yang membahayakan diriku dan masa depanku kelak.
"Huuh!". Kan ku-enyahkan bayang-mu dibenaku. Pasti..!

Dalam hal ini, akupun tak melupakan sepupu yang selalu memberi semangat saat mentalku terpuruk.

Dorongan semangat untuk bangkit dari kesia-siaan hayalan. Jangan menyerah, jangan cengeng, atasi dan hadapi kenyataan walaupun itu pahit, begitu nasehat sepupuku.

Dan sekarang, semua sudah berlalu...
***

Setelah duduk dibangku kelas 3, aku merasa tidak canggung lagi berbasa-basi dengan Karmila.

Aku semangat, dan sangat percaya diri...

Aku sering tertawa bahagia, bergaul dengan banyak teman disekolah, seperti layaknya anak-anak SMA saat itu.

Aku sudah kembali seperti semula, aku merasa sudah menemukan diriku yang dulu dengan kepribadian yang bijak, tangkas dan cerdas.

Waktu jam istirahat sekolah, Firman masih sering mengajak makan di Kantin. Dia ingin mentraktir sambil bercerita apa saja seperti anak-anak SMA pada umumnya.

Tentu disitu juga ada Karmila, yang menempel terus kemana-mana. Seperti burung merpati yang setia hanya dengan pasangannya.

Tapi tawaran itu dengan halus kutolak, aku tidak mau mengganggu kedekatan mereka berdua, yang memperlihatkan kemesraan secara terbuka.

Aku harus menjaga harga diriku, karena aku kawatir luka lamaku tergores lagi.

Adios wahai bayang-bayang-mu...
***

Bermain musik sebenarnya bisa membawa kebahagiaan tersendiri, dan aku menyukainya.

Bahkan bukan hanya suka, karena bermusik adalah bakatku yang sebenarnya. Bakat yang sudah melekat dari kecil.

Di sekolah ini, aku juga berteman dengan Tigor dan Benyamin, aku biasa memanggil Benyamin dengan panggilan akrab Ben's.

Bakat dan minat kami sama. Sama-sama menyukai musik. Sejak kelas satu sebenarnya kami bertiga ingin membentuk grup musik. Saat itu yang mengisi vokal belum ada yang cocok dengan selera musik kami.

Pernah juga kutawarkan pada Karmila untuk mengisi vokalnya, karena aku tahu Karmila juga menyukai musik.

Bahkan katanya pernah berlatih vokal bersama guru vokal dirumahnya. Info ini kudapatkan dari Ben's yang rumahnya satu komplek dengan Karmila.

Tapi sampai sekarang, angan-angan untuk membentuk grup musik belum kesampaian. Penyebabnya banyak, selain belum ada yang cocok diposisi vokal, kami juga fokus pada tugas sekolah.

The Beatles dalam lagu 'Hey Jude' dan grup Rolling Stones, tentang kekagumannya dengan wanita, pada lagu 'Lady Jane'.

Lagu-lagu ini sering kami nyanyikan bersama Tigor dan Ben's, saat latihan di studio musik yang kami sewa.

Banyak lagi lagu dari grup Band besar, seperti Supertramp dalam nomor lagu 'Give a little Bit', yang rasa-rasanya cocok diisi vokalnya oleh Karmila, karena lagu itu dalam oktaf tinggi.

Tapi tanpa dia, semua lagu-lagu itu, kami nyanyikan bersama Tigor dan Ben's dengan riang dan menjiwai, bahkan mencapai katarsis, untuk melepaskan emosi dan konflik dalam jiwa ini.

Saat kami asyik bermain musik, dimanakah posisi Firman dalam pertemanan dengan kami bertiga?

Karena bagaimana pun Firman juga berteman baik dengan Tigor dan Ben's.

Masalahnya begini, sejatinya Firman hanya seorang atlit gulat, dan memang dia suka mendengarkan musik, tapi bukan penikmat musik yang baik.

Maka dia tahu diri, untuk tidak sering ikut kumpul-kumpul, jika kami sedang latihan di studio, lagi pula kan Firman selalu sibuk dengan Karmila.

Sesekali Firman memang pernah bareng main dengan kami bertiga. Tapi itu hanya sebentar saja, karena kulihat dia seperti gelisah, tidak tenang, tidak bisa menikmati arti kebersamaan.

Ada saja alasannya untuk pamit pulang duluan, atau alasan tetek bengek lainnya.

Biarlah Firman menikmati hidupnya dengan caranya sendiri...
***

Bersambung...

Penulis, Mohammad Topani S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun