Eheng adalah sebuah nama kampung di Kecamatan Barong Tongkok.
Ditempat itu ada Lamin rumah adat Dayak Benuaq, yang sehari-hari masih digunakan sebagai tempat tinggal, oleh beberapa kepala keluarga.
Laju motor tidak bisa secepat mengendarai motor diatas aspal, karena kondisi jalan tanah yang kadang menyempit.
Belum lagi ada batang pohon yang menghalangi jalan, beberapa kali kami turun dari motor, untuk mengangkat batang pohon yang membentang ditengah jalan.
Setelah memasuki perkampungan Eheng, suasana jauh berbeda dibanding Kersik Luway. Karena kerap berpapasan dengan masyarkat dijalan perkampungan.
Saya melihat beberapa anak laki-laki umur 12 membawa Mandau dalam kumpangnya (sarung Mandau), yang diikat di pinggang.
Dari kecil mereka sudah belajar dari orang tuanya dan tetua suku, untuk berburu hewan liar dihutan.
Trial and error', mencoba terus, akhirnya si anak nantinya akan menemukan cara berburu yang efektif, karena terbiasa melihat dan mempelajari teknik berburu dari suku mereka.
Mungkin inilah yang disebut kearifan lokal yang sebenarnya, hidup selaras dengan alam. Mengambil sesuatu dengan kadar secukupnya, yang sudah tersedia dialam.
Dari jalan ujung kampung, Lamin Eheng sudah terlihat berdiri megah, karena bangunannya tinggi dan memanjang.
Kami berhenti dibawah pepohonan. Sambil menunggu sipemandu, berbicara dengan orang penghuni Lamin.
Tidak berapa lama, kami diajak naik kerumah adat mereka. Dengan cara meniti tangga, yang dibuat dari satu batang pohon.