Menginginkan pemimpin tegas, peduli rakyatnya, dan pandai menata kota bukan kata, tentu menjadi impian semua orang. Apalagi pemimpin sekaliber Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Bu Risma yang kelasnya sudah internasional, tentu sangat diinginkan semua pihak.
Tak terkecuali DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai NasDem. Secara terang-terangan, ia mengakui ingin memboyong Bu Risma ke DKI Jakarta pada Pilkada 2022 nanti. Keinginan itu disampaikan berulang-ulang ketika acara studi banding Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Provinsi DKI Jakarta di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Senin (29/7/2019).
"Apakah ibu Risma mau kita boyong ke Jakarta dalam waktu dekat? Masalah sampah ini bisa terselesaikan kalau di pilkada yang akan datang Bu Risma pindah ke Jakarta," kata Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI, Bestari Barus disambut tepuk tangan peserta studi banding di Balai Kota Surabaya.
Mungkinkah NasDem memboyong Bu Risma ke Jakarta? Mungkinkah NasDem mengusung Bu Risma di Pilkada DKI Jakarta 2022?
Ah, kita kembali dulu ke Studi banding itu. Rombongan dari DKI Jakarta itu diikuti sebanyak 25 orang dari jajaran di DPRD Provinsi DKI Jakarta beserta Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan perwakilan dari BUMD PT Jakarta Propertindo. Rombongan ini studi banding ke Surabaya untuk menyelesaikan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Sampah dengan konsep ITF (intermediate treatment facility).
Pada saat itu, terungkap bahwa Jakarta masih menggunakan pola konvensional dalam mengolah sampah, yakni dengan cara ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, Kota Bekasi. Namun pada 2021 nanti, TPA tersebut overload atau kelebihan kapasitas, sehingga dibutuhkan teknologi pengelolaan seperti di Kota Surabaya.
Terungkap pula bahwa anggaran pengelolaan sampah di DKI Jakarta mencapai Rp 3,7 triliun. Angka yang cukup fantastis dalam mengurus sampah. Sedangkan di Kota Surabaya sendiri hanya Rp 30 miliar setahun.
Padahal, jika melihat luasan wilayahnya, DKI Jakarta luasnya 661,5 kilometer persegi dan Surabaya luasnya 350,5 kilometer persegi (data dari google). Artinya, luas wilayah Surabaya itu adalah separuhnya Jakarta, tapi dalam hal anggaran pengelolaan sampahnya, Surabaya terbilang sangat kecil.
Meski kecil, pemimpin di Surabaya pintar menata kata, eh salah, pintar menata kota. Hasilnya pun sangat luar biasa. Dari segi lingkungan, Kota Pahlawan ini menjelma menjadi kota yang sangat cantik nan indah.
Pengelolaan sampahnya pun terbilang sangat sukses. Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertama telah memanfaatkan sampah menjadi tenaga listrik. Di Surabaya, sudah dibangun 28 rumah kompos yang sudah menghasilkan energy listrik mulai dari 2-6 kilo watt.
Yang terupdate, Surabaya merupakan salah satu kota yang siap untuk menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Bahkan, PLTSa yang di Benowo sudah siap 80 persen, sehingga sebentar lagi Surabaya akan memiliki PLTSa yang bisa menghasilkan 11 megawatt.