Bonek, supporter Persebaya biasa memanggilnya Bapak atau sesepuh Bonek. Panggilan khusus kepada Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, dia berhasil merangkul semua lapisan masyarakat, termasuk Bonek muda hingga dedengkot Bonek sampai saat ini.
Pria kelahiran 22 Oktober 1974 itu juga berkali-kali bisa memediasi usulan yang disampaikan Bonek dengan manajemen Persebaya, termasuk pula berhasil menjadi jembatan penghubung antara Bonek, Persebaya dan Pemerintah Kota Surabaya. Atas jasa itulah, Bonek menyebutnya sesepuh.
Wawali pun tak mempermasalahkan panggilan itu, karena dia merasa sudah menjadi Bonek sejak kecil, apalagi dia lahir di Kota Surabaya dan besar di Surabaya, tentu menjadi Bonek adalah suatu kebanggaan. Bahkan, sekitar tahun 1993 atau 1994, dia pernah nonton pertandingan Persebaya ke Yogyakarta.Â
Berkali-kali dia juga "mbonek" ke luar daerah hanya untuk nonton pertandingan Persebaya. Dengan berjalannya waktu dan kesibukannya di partai politik, ia tidak mengikuti perkembangan sepak bola lagi. Ia pun tak lagi "mbonek" atau tidak nonton Persebaya bertanding.
Namun, jiwa dan hatinya terpanggil kembali untuk "mbonek" ketika mendengar bahwa Persebaya agak sulit menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Bahkan, saat itu ia mendengar bahwa Presiden Persebaya Azrul Ananda berencana memindahkan home base Persebaya dari Surabaya ke daerah lain.Â
Padahal, ia sadar bahwa Persebaya adalah salah satu ikon dan kebanggaan Surabaya yang berhak mendapatkan fasilitas GBT. Ia pun merasa tidak boleh Persebaya memindahkan home base-nya dari Surabaya ke daerah lain, karena itu ciri khas Surabaya.
Kedekatan emosional dan beberapa alasan itulah yang membuatnya mau turun kembali membantu Persebaya, supaya bisa bertanding di Surabaya sebagai home base-nya. Bagi dia, Persebaya adalah kebanggaan Kota Surabaya dan ikon Kota Surabaya. Akhirnya, dia pun turun langsung membantu Persebaya hingga saat ini.
Kini, dia didapuk menjadi Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) setiap pertandingan Persebaya di Stadion GBT. Mendengar Wawali "turun gunung" dan "mbonek" lagi, bonek-bonek yang sudah mengenalnya, termasuk dedengkot Bonek, semakin semangat untuk mendukung Persebaya.
Dan ternyata, dia pun sudah berpamitan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk membantu mengurus Persebaya lagi dan bersama-sama Bonek membangun Surabaya dengan cara yang berbeda. Pembagian peran dan kerja antara wali kota dan wakil wali kota itulah yang membuat Surabaya terus harmonis dan dinamis, sehingga kotanya pun terus berkembang.
Mengharumkan Nama Surabaya
Sejak Wawali terjun langsung menjadi Panpel setiap pertandingan Persebaya, entah kebetulan atau bagaimana, Bonek pun semakin hari semakin membaik, Persebaya pun kian mengukir prestasi. Bahkan, di tubuh Bonek seakan ada revolusi mental.