Dua atau tiga hari lalu saya turut bersyukur melihat pemberitaan di media yang mengulas bahwa Jakarta akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan turnamen  Formula E tahun 2020. Meskipun bukan orang Jakarta, saya turut senang karena sejarah terpecahkan dengan penyelenggaraan ini.
Selain itu, saya turut bersyukur karena di tengah kontroversi lawatan Pak Anies ke luar negeri, ternyata membawa hasil yang sangat mengejutkan, yaitu tuan rumah ajang bergengsi dunia.
Setelah saya baca berita tersebut, ternyata sumbernya dari instagram Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (@aniesbaswedan). Dalam instagramnya itu, beliau mengumumkan bahwa Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah Formula E tahun 2020.
"Alhamdulillah, berhasil! Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah balap mobil bergengsi Formula E di tahun 2020," kata Anies di Instagramnya.
Formula E adalah turnamen balap mobil bertenaga listrik yang digelar di sirkuit jalan raya perkotaan. Turnamen ini juga merupakan balapan terpopuler kedua setelah Formula 1. Bedanya, dengan F1, Formula E menggunakan mesin bertenaga listrik dan biasanya digelar di sirkuit jalan raya. "Alhamdulillah," ucapku dalam hati.
Pak Anies juga menjelaskan keputusan menjadi tuan rumah itu setelah melakukan negosiasi dengan Alexandro Agag dan Alberto Longo, para pemimpin tertinggi Formula E yang juga legenda dunia balap mobil. "Di ujungnya kita sepakat, Jakarta lebih dari layak dipilih menjadi tuan rumah," kata Pak Anies.
"Alhamdulillah, atas izin Allah SWT, perjuangan panjang dari seluruh jajaran DKI dan tim telah membuahkan hasil. Bersyukur bahwa ada banyak kota besar dunia berusaha, tapi Jakarta yang berkesempatan," kata Pak Anies dalam penggalan captionnya.
Dengan adanya ajang bergengsi itu, Pak Anies juga menyebut bahwa Jakarta akan menjadi sorotan dunia dan momen itu akan menggerakkan perekonomian Jakarta hingga lebih dari 78 juta euro atau Rp 1,2 triliun.
Dengan berjalannya waktu, pagi ini saya sedikit terhenyak setelah membaca berita di Kompas.com yang mengabarkan bahwa sebenarnya pihak penyelenggara masih berdiskusi menjadikan Jakarta sebagai tuan rumah penyelenggaraan Formula E 2020 dan belum ada keputusan hingga saat ini.
Lantas saya bertanya-tanya dan semakin bingung. Kok bisa begitu?
Kompas.com menuliskan bahwa Federasi Otomotif Internasional (FIA) Formula E masih mendiskusikan kemungkinan memilih Jakarta sebagai tuan rumah balap mobil Formula E. Dikutip dari situs motorsport.com, juru bicara FE mengatakan bahwa pihaknya belum dapat membuat keputusan apa pun.
"Kami sedang dalam diskusi lanjutan tetapi belum dapat membuat pengumuman apa pun," ujar juru bicara Formula E, dikutip dari motorsport.com. (Kompas.com).
Juru Bicara FE itu juga mengatakan, saat ini Formula E memiliki dua jadwal yang masih bisa berubah untuk tahun 2019/2020. Pertama, pertandingan dijadwalkan 14 Desember 2019. Jakarta dipertimbangkan sebagai lokasinya. Tetapi hal tersebut diperkirakan tidak bisa terjadi karena jangka waktu yang mepet untuk persiapan setelah penyelenggaraan Pemilu.
"Penyelenggaraan perlombaan Formula E pada tahun 2020/2021 lebih memungkinkan walaupun target awal penyelenggaran pada tahun 2019/2020," katanya.
Karena penasaran, saya melanjutkan berselancar ke motorsport.com. Di portal berita itu saya menemukan sebuah judul: "Anies: Jakarta tuan rumah balap Formula E pada 2020". Isi berita ini awalnya menjelaskan bahwa Jakarta akan menjadi tuan rumah Formula E pada 2020 dengan mengambil sumber dari Instagramnya Pak Anies.
Namun, di tengah berita itu, Motorsport.com ternyata mencoba mengklarifikasikan klaim Pak Anies itu kepada salah satu juru bicara Formula E dan ternyata masih dalam tahap diskusi. "Kami sedang diskusi tahap lanjut, tetapi kami belum bisa membuat pengumuman apapun," tulis Motorsport.com.
Ia juga menuliskan bahwa selain Jakarta, perwakilan dari Singapura juga ikut hadir di New York untuk bertemu dengan pihak Formula E.
Dari jadwal tersebut, memang ada dua ronde yang belum memiliki nama kota penyelenggara dan hanya ditulis TBC atau segera diumumkan. Dua ronde itu masing-masing tanggal 14 Desember 2019 dan 21 Maret 2020. Sedangkan jadwal lainnya sudah pasti dan sudah ada kota penyelenggaranya.
Jika melihat jadwal dan menelaah pernyataan Pak Anies, ada benang merahnya yang mungkin menjadi kesimpulannya. Pak Anies memastikan bahwa Jakarta akan menjadi tuan rumah pada tahun 2020, bukan 2019. Nah, kalau kita lihat dalam jadwal yang sudah dirilis, tahun 2020 itu hanya ada satu yang kosong, yaitu tanggal 21 Maret 2020.
Mungkinkah di tanggal itu? Saya pun belum tahu. Hehehe.
Namun, Motorsport.com juga menuliskan bahwa Marrakesh, Sanya, dan Swiss tidak tercantum dalam rilis jadwal Formula E itu. Karenanya, dia meyakini bahwa kota yang akan mengisi slot pada tanggal 14 Desember 2019 itu adalah Marrakesh karena masih menjalani proses negosiasi. Sedangkan slot pada tanggal 21 Maret 2020, diprediksi akan diisi oleh E-Prix Sanya. Artinya bukan Jakarta, Indonesia.
Nah, itulah kira-kira fakta yang terjadi. Tentunya sebagai penutup tulisan saya, dalam hal ini saya tidak punya kapasitas untuk "menghakimi" atau pun menilai bahwa Pak Anies hanya klaim mengumumkan Jakarta tuan rumah Formula E.
Hingga saat ini, saya masih yakin bahwa Pak Anies lah yang benar dan Jakarta akan menjadi tuan rumah ajang bergengsi ini. Jika Jakarta benar-benar ditetapkan menjadi tuan rumah, berarti negosiasi Pak Anies benar-benar berhasil hingga mengalahkan Sanya yang diprediksi kuat akan menggelar turnamen di tanggal 21 Maret 2020 itu.
Apapun itu, semoga Indonesia semakin maju ke depannya dan tidak ada lagi perpecahan diantara kita semua. Hidup NKRI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H