Mohon tunggu...
MOHAMMAD SANDI
MOHAMMAD SANDI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Insan yang sedang menuntut ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Pendidikan Karakter ala Muhammadiyah di UMM

21 Maret 2020   00:35 Diperbarui: 21 Maret 2020   00:43 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : http://www.umm.ac.id/id/galeri/umm-view.html 

Di Indonesia, siapa yang tidak pernah mendengar organisasi Islam terbesar Muhammadiyah yang dipelopori oleh tokoh sekaligus ulama besar, yakni KH. Ahmad Dahlan?

Tentu mayoritas masyarakat Indonesia pasti tahu dan sering mendengar Ormas Islam terbesar di Nusantara ini. Muhammadiyah secara resmi terbentuk pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta dan merupakan salah satu organisasi tertua di Indonesia, bahkan telah berdiri dan berkembang jauh sebelum NKRI berdiri. 

Muhammadiyah juga merupakan salah satu organisasi yang paling berpengaruh di Indonesia, sedari dulu hingga masa kini. Memiliki peran penting dan begitu masif pada bidang sosial seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan hingga pemberdayaan masyarakat dalam keikutsertaannya membangun bangsa melalui usaha amal Muhammadiyah.

Dunia pendidikan, adalah salah satu hal yang paling menjadi perhatian utama bagi Muhammadiyah. Mengapa demikian? Merujuk pada salah satu alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan fokus dalam dunia pendidikan selain daripada ia seorang pendakwah dalam menyebarkan ajaran Islam rahmat bagi semesta alam adalah, karena pada saat itu beliau memiliki pemikiran revolusioner bahwa pendidikan adalah salah satu kunci untuk melepaskan belenggu masyarakat Indonesia dari keadaan keterpurukan. Di mana pada saat itu juga bangsa Indonesia sedang dijajah dan masyarakat berada dalam krisis pendidikan.

Beliau meyakini dengan memadukan ajaran Islam dan pendidikan modern, adalah jalan bagi kemajuan masyarakat dan bangsa. Alhasil, melalui pergerakan pembaharuan pendidikan oleh Kiai Dahlan tersebut akhirnya membuahkan hasil mendorong pergerakan masyarakat hingga pada puncaknya kemerdekaan bangsa Indonesia. Apakah sampai di situ saja? Tentu belum, karena hingga saat ini bangsa dan masyarakat Indonesia masih membutuhkan pendidikan yang baik dan revolusioner untuk mencetak kader-kader pemimpin bangsa yang diharapkan mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju.

Dalam dunia pendidikan pada lembaga Perguruan Tinggi khususnya, Muhammadiyah memiliki salah satu ciri khas dibanding Perguruan Tinggi lain yang bukan di bawah naungan organisasi berlogo nama nabi Muhammad SAW tersebut. Ialah, Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). AIK adalah Mata Kuliah Wajib orisinal yang hanya ada pada lembaga pendidikan Muhammadiyah.

AIK berperan strategis dalam pembinaan karakter para mahasiswanya. Di dalamnya paham keagamaan Muhammadiyah serta doktrin Agama dicurahkan kepada mahasiswa, demi terbentuknya insan muslim yang berbudi baik, alim, berakhlak mulia tetapi juga memiliki pemahaman ilmu keduniaan yang luas untuk membangun serta memajukan agama dan bangsa.

AIK sendiri sudah lama dicetuskan serta telah mengalami beberapa kali rekonstruksi pada kurikulum AIK dan pengembangan. Hingga kini pun, AIK sendiri diperkirakan terus melakukan pengembangan dan inovasi terhadap kurikulumnya.

Isi dari pendidikan AIK sendiri secara umum ialah pengetahuan Islam yang dalam aspek normatif serta historisnya. Menurut pada referensi jurnal yang penulis baca, setidaknya ada lima pokok aspek yang ada pada AIK yakni: Al-Quran-Hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Kemuhammadiyahan.

Tiap-tiap Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang ada di setiap daerah punya cara dan inovasi masing-masing dalam program optimalisasi AIK, contohnya AIK yang ada pada Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Di UMM, AIK mempunyai beberapa kegiatan pendukung, salah satunya diintegrasikan dengan kegiatan yang disebut dengan Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (disingkat P2KK). Di mana selama beberapa hari sekitar 200-300 mahasiswa baru yang telah dibagi dalam setiap angkatan, diasramakan dalam P2KK di Rusunawa. 

Kemudian AIK disuguhkan dalam bentuk materi serta praktik di setiap kelas yang sudah dimuat dalam 1 SKS dalam P2KK. Yang kedua, AIK di UMM juga mencetuskan apa yang disebut dengan Kuliah Ahad Subuh (KAS), di sini mahasiswa dituntut dan dilatih untuk terbiasa bangun subuh dan menyimak kajian-kajian yang dibawakan oleh pemateri. Kemudian selanjutnya ada Semarak Literasi Al-Quran (SLQ) yang ditujukan bagi mahasiswa muslim yang belum terampil dalam membaca Al-Quran.

AIK sendiri menjadi mata kuliah wajib bagi seluruh Program Studi pada setiap Fakultas yang ada di UMM, terkecuali Fakultas Agama Islam (FAI). Sistem AIK di UMM sendiri tersaji dalam empat semester: mulai dari AIK-I yang telah dijalani di P2KK, AIK-II tentang Aqidah dan Ibadah, AIK-III Kemuhammadiyahan, hingga AIK-IV tentang Akhlak dan Mu'amalah. terbagi dalam semester satu, dua, lima dan enam.

Serta terdapat pengelompokan 3 tingkatan kelas yakni Al-Mubtad'in, Al-Mutawassithin, dan terakhir Al-Mutaqaddimin. Sistem pembelajaran AIK tersaji dengan menarik dengan Focus Group Discussion (FGD), memacu mahasiswa berpikir kritis dengan Critical Review terhadap suatu kasus dan sejarah, mengekspresikan pendapat, serta pembelajaran yang memanfaatkan E-Learning dalam perkuliahan.

Setelah mahasiswa membangun dan mengembangkan jalan pikirannya serta membuka cakrawala pemikiran yang luas dan piawai dengan ilmu keduniaan, maka Muhammadiyah melalui AIK hadir memberi dasar atau fundamental nilai-nilai Islam terhadap jalan pikiran mereka sebagai landasan moral, motivasi, dan spiritual sehingga terbentuknya ulama yang intelek serta juga intelektual yang berkepribadian ulama untuk kemajuan agama, masyarakat, bangsa serta dunia sesuai dengan ajaran Islam adalah rahmat untuk semesta alam.

Sumber

Mut'thi, Abdul, Dkk. 2008. K.H Ahmad Dahlan 1868-1923. Jakarta : Museum Kebangkitan Nasional dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Setyawan, Aris, dan Wantini. 2018. Optimalisasi Pendidikan  Al Islam Dan Kemuhammadiyahan (AIK)  Di Sekolah Muhammadiyah. Prosiding Seminar Nasional Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Surakarta, Auditorium Muh. Djazman UMS: 22 Desember 2018.

Setiawan, Iwan. 2018. Pembelajaran Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan  Yang Menggembirakan (Dengan Pendekatan Integrasi-Interkoneksi). Prosiding Seminar Nasional Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Surakarta, Auditorium Muh. Djazman UMS: 22 Desember 2018.

BAA UMM. 2019. Sejarah  dan Pengembangan Kurikulum AIK . Diperoleh 15 Maret 2020, dari http://aik.umm.ac.id/id/pages/sejarah.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun