Mohon tunggu...
Mohammad Rizqul Akbar
Mohammad Rizqul Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Hukum, Universitas Trunojoyo Madura

Aktif sebagai mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Hukum

PENEMBAKAN APARAT KEPADA PELAJAR : Pelanggaran Etika dan Profesionalisme Profesi

22 Desember 2024   22:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   22:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus ini menunjukkan bahwa penerapan kode etik Polri (KEPP) belum sepenuhnya efektif. Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, Polri perlu memperkuat pengawasan internal dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk memperbaiki keadaan meliputi:

1. Pelatihan Etika dan Pengendalian Emosi

Anggota Polri perlu diberikan pelatihan rutin mengenai etika profesi, pengendalian emosi, dan manajemen konflik. Dalam profesi yang penuh tekanan seperti kepolisian, kemampuan mengelola emosi sangat penting untuk memastikan keputusan yang diambil tetap rasional dan sesuai dengan aturan.

2. Penegakan Hukum yang Tegas dan Konsisten

Hukuman PTDH yang diberikan kepada RZ adalah langkah awal yang baik. Namun, Polri perlu menunjukkan konsistensi dalam menangani kasus serupa. Penegakan hukum yang tegas akan memberikan efek jera bagi anggota lain yang mungkin berniat melakukan pelanggaran.

3. Peningkatan Transparansi kepada Publik

Polri harus terbuka kepada masyarakat dalam menangani kasus-kasus pelanggaran oleh anggotanya. Transparansi ini penting untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa setiap pelanggaran akan ditangani dengan serius dan tanpa pandang bulu.

Kasus ini menjadi cerminan dari masih adanya celah dalam sistem pengawasan dan penegakan kode etik di lingkungan Polri. Sebagai institusi yang memegang peran penting dalam menjaga keamanan negara, Polri dituntut untuk memastikan bahwa setiap anggotanya memiliki pemahaman mendalam tentang tanggung jawab profesi mereka. Lebih dari itu, Polri juga harus mampu menciptakan budaya kerja yang mengedepankan integritas, profesionalisme, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Tindakan RZ telah mencederai kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Oleh karena itu, kasus ini harus menjadi momentum bagi Polri untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan internal, pelatihan, dan penegakan kode etik. Penanganan yang tegas, transparan, dan konsisten sangat diperlukan untuk memulihkan citra institusi serta mengembalikan rasa aman di tengah masyarakat.

Insiden penembakan oleh Aipda Robig Zaenudin merupakan pengingat akan pentingnya etika dan tanggung jawab profesi dalam kepolisian. Polri sebagai lembaga penegak hukum harus menjamin bahwa setiap anggotanya memahami dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, integritas, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Penegakan kode etik yang tegas, pelatihan yang memadai, serta transparansi dalam menangani pelanggaran adalah langkah-langkah penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Dengan demikian, Polri dapat kembali membangun kepercayaan masyarakat dan menjalankan fungsinya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

Kasus ini menunjukkan bahwa penerapan Kode Etik Polri (KEPP) belum sepenuhnya berhasil. Untuk menghentikan terulangnya kejadian yang sama, Polri harus memperkuat sistem pengawasan internal dan memastikan semua anggota memiliki etika dan profesionalisme yang tinggi. Beberapa strategi yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi termasuk:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun