Judul: 13 Bom di Jakarta
Genre: Aksi
Parental Guidance: 17+
Pemeran: Rio Dewanto, Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Putri Ayudya, Niken Anjani, Ganindra Bimo, Lutesha, Muhammad Khan, Rukman Rosadi, Chicco Jerikho.
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Produser: Taufan Adryan
Penulis: Angga Dwimas Sasongko
Bahasa: Bahasa Indonesia
Rumah Produksi: Visinema Pictures
Tanggal Rilis: 28 Desember 2023 (Bioskop) dan 30 April 2024 (platform streaming, Netflix)
Durasi: 2 jam, 23 menit
SAD BUT TRUE! Kalimat tepat untuk menggambarkan sulitnya mendapatkan kepastian dan keadilan di negeri ini. Lagi dan lagi, film ini mengangkat stigma yang begitu aktual mengenai tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menangani kasus-kasus penipuan pinjaman uang.Â
Film aksi 13 Bom di Jakarta disutradarai dan ditulis oleh sutradara yang memiliki ciri khas menarasikan kehidupan perkotaan, seperti film Filosofi Kopi dan Mencuri Raden Saleh, Angga Dwimas Sasongko.Â
Film ini diproduksi oleh Visinema Pictures dan telah ditayangkan di bioskop Indonesia pada 28 Desember 2023 dan 30 April 2024 melalui platform streaming Netflix. Diperankan oleh Rio Dewanto (Arok), Chicco Kurniawan (Oscar), Ardhito Pramono (William), Putri Ayudya (Karin) dan Niken Anjani (Gita).
Film ini mengisahkan sekelompok teroris berencana melancarkan serangan dengan menempatkan 13 bom di berbagai lokasi di Jakarta. Badan Intelijen dan agen rahasia dikerahkan untuk menyelidiki, yang akhirnya mencurigai Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono) sebagai pelaku. Keadaan semakin kompleks dengan munculnya dugaan adanya penyusup dalam tim penyidik. Sementara itu, pemimpin kelompok teroris, Arok (Rio Dewanto), terus menebar teror dengan meledakkan bom setiap delapan jam.
Konsep teroris di film ini pun cukup berbeda, komplotan ini didasari persamaan nasib akibat terjerat kasus penipuan pinjaman uang dan tujuannya hanya untuk menyentil pemerintah agar bersikap adil dan serius menangani kasus tersebut. Akan tetapi, premis yang dibangun di film ini menggambarkan pemerintah selalu melindungi pemilik pinjaman uang karena selalu "lolos" jeratan hukuman dengan sogokan. Itulah yang membuat Arok, villain dalam film ini sangat geram, terlebih istrinya bunuh diri akibat kasus tersebut selama berdinas militer.
Film ini memiliki kualitas sinematografi yang sangat memanjakan mata. Sekitar 70% dari adegan dalam film ini berlatar malam hari dan gelap, dengan penggunaan color grading yang menguning dan sesekali terang. Penggunaan warna ini menciptakan suasana yang nyaman dan menarik saat menonton. Cerita film ini juga penuh dengan plot twist yang sulit ditebak. Ketika plot twist terungkap, penonton pasti akan terkejut dan mungkin bergumam, "ternyata dia penyusupnya." Selain itu, efek tembakan dalam film ini dibuat lebih halus dan realistis. Efeknya tidak sebrutal film The Raid, tetapi tetap memberikan kesan yang nyata dan memadai untuk adegan aksi.
Kekurangan film ini lebih lebih mengarah kepada selera penonton. Beberapa aspek penggambaran instansi resmi seperti polisi, badan intelijen, dan peran ibu negara dalam situasi genting terasa terlalu fiktif dan tidak realistis.Â
Misalnya, dalam film ini, ibu negara digambarkan memiliki kendali langsung dalam operasi darurat, yang tampaknya kurang sesuai dengan kenyataan. Untuk perbandingan, serial Netflix The Last of Us mampu menghadirkan situasi yang lebih realistis dengan menggunakan simbol dan nama instansi negara secara efektif. Serial tersebut menunjukkan bagaimana instansi pemerintah beroperasi dalam situasi krisis dengan cara yang lebih masuk akal dan sesuai dengan kenyataan.Â
Penggunaan simbol resmi dalam The Last of Us membantu menciptakan suasana yang lebih autentik dan meyakinkan bagi penonton. Ketiadaan elemen realistis ini dalam film membuatnya terasa kurang maksimal dan agak terlepas dari realita. Meskipun aspek ini mungkin tidak mengganggu semua penonton, bagi sebagian orang, hal ini dapat mengurangi daya tarik dan kredibilitas cerita yang disampaikan.
Sebagai penikmat film, 13 Bom di Jakarta adalah tontonan yang wajib. Wajib banget! Salut untuk Visinema Pictures yang berani memproduksi film aksi di tengah gempuran film horor yang mendominasi sepanjang tahun 2023. Bayangkan saja, sepanjang tahun 2023 sudah ada 50 film horor yang dirilis!. Skor akhir 8.5/10, kualitas sinematografi yang memanjakan mata dan plot cerita yang penuh kejutan, menawarkan pengalaman menonton yang berbeda dan menarik.
Nah, bagaimana, Sobat Kompasiana? Apakah Anda tertarik untuk menonton film 13 Bom di Jakarta kali ini? Jangan lupa berikan pendapatmu kalian setelah menonton film tersebut di kolom komentar!
Penulis: Mohammad Rizky Rezaldi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H